Rabu, 19 Desember 2012

Cinta Sepersekian Menit

 

 

Apakah kau percaya akan “Cinta pada Pandangan Pertama?”

Dulu aku sempat tidak percaya

Tapi setelah bertemu denganmu,

aku percaya bahwa “Cinta Pandangan Pertama” itu memang ada.

 

Waktu pada Hari ini menunjukkan Tanggal 26 November 2012 dan pukul 06.30 pagi saat aku sedang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, kebetulan hari ini adalah “Hari Guru Nasional” aku membawa setangkai bunga mawar merah untuk aku berikan kepada guru yang paling ku sukai dan menurutku guru itu pantas mendapatkan bunga ini dari aku muridnya.

Hari ini cuaca sangat mendung di daerah cengkareng bagian barat jakarta, awan yang menaburkan butiran-butiran kecil air itu terlihat sangat gelap, gemericik air yang ditaburkan dari awan itu terdengar sangat menggema di gendang telingaku. Aku bersiap-siap berangkat sekolah, walaupun rintik-rintik hujan mengguyur wilayah ini tapi aku tetap melanjutkan niatku untuk berangkat ke sekolah.

Aku berangkat sekolah menggunakan motor kesayanganku, tidak lupa aku membeli bensin terlebih dahulu di pom bensin dekat sekolah SMPku dulu. Astaga antrian di pom bensin ini panjang sekali, aku harus menunggu beberapa menit untuk dapat mengisi bensin pada motorku ini.

Beberapa menit kemudian aku selesai mengisi penuh bensin pada motorku. Tapi hal yang aku takutkan datang “motorku tidak bisa menyala” aku panik sekali saat itu, tidak ada satu orangpun yang kukenal di pom bensin ini.

Aku mencoba untuk meng-engkol motorku untuk beberapa kali tapi hasilnya nihil, motorku tetap tidak bisa menyala, aku sangat pasrah saat itu, sedangkan waktu pada saat ini sudah menunjukkan pukul 6.50 wib, aku bisa terlambat sampai sekolah kalau seperti ini terus.

“perlu bantuan?” sapa seseorang dengan nada lembut dari sampingku yang membuatku sangat kaget.

Aku menengok kepada sumber suara tadi “eh iyanih bantuin dong” sahutku sambil memandangi seseorang itu

Tubuhnya tegap dan kekar, matanya yang bulat terlihat sangat indah dan rambutnya yang acak-acakan itu terlihat sangat mempesona menurutku. Setiap lekukan di wajahnya terlihat begitu indah.

Dia sedang meng-engkol motorku sambil sesekali mengusap keringat yang muncul di dahinya, rasanya ingin sekali aku yang mengusapkan keringatnya itu.

Aku sedang memperhatikannya dalam diam. Dia terlihat begitu tampan dengan jaket bassball yang melekat di tubuhnya dan celana abu-abu SMA biasa yang terpasang dikakinya yang jenjang.

“sudah nyala nih” serunya mengehentikan lamunanku sambil menatap mataku.

Deg, Astaga ini apa? Kenapa jantungku berdegup lebih kencang dari biasanya? Tatapan matanya membuatku membeku, bibirku seperti terkunci rapat-rapat.

“Ehm” aku berdehem seraya mencoba mengeluarkan suaraku yang tidak bisa kukeluarkan sejak tadi sedangkan dia tetap disana menungguku membalas sapaannya “ah iya makasih yah” jawabku

“sama-sama” sambungnya sambil menyunggingkan senyum.

Ya tuhan aku ini kenapa? Melihat senyumannya sangat membuatku ingin sekali memeluknya, senyuman paling indah yang pernah kulihat dari semua pria yang pernah kukenal. Aku terus memperhatikannya yang sedang berjalan menuju motornya.

Apa ini cinta? Apakah benar ini cinta? Siapapun tolong beritahu aku. Tapi kenapa? Kenapa harus dia pria yang sama sekali tidak kukenal? Kenapa harus dia pria yang hanya sepersekian menit bertemu denganku? Siapapun tolong bantu aku untuk menerjemahkan arti cinta yang sebenarnya, karna aku tidak bisa mendefinisikan arti dari cinta, dan aku ingin bertanya apakah memang ada cinta pada pandangan pertama?

Kau pria yang namanyapun tidak kuketahui, kau pria satu-satunya yang dengan baik hati  menolongku yang sedang dalam kesulitan, kau pria bermata indah yang sudah membuat tubuhku membeku.

Dia pergi menggunakan motornya tanpa menengok sedikitpun ke arahku yang sedari tadi memperhatikannya. “Apa menurutmu ini adalah cinta?” tanyaku dalam hati sambil memandangnya yang telah pergi dari hadapanku

 

Untukmu pria yang tidak kuketahui namanya

Untukmu pria yang mungkin tidak akan kutemui lagi

Kamis, 06 Desember 2012

Rabu, 05 Desember 2012

Cerita Kehidupannya

 

Jalanilah hidup dengan sebuah keikhlasan dan penuh dengan rasa syukur, karna kehidupan tidak akan bisa di ulang untuk kedua kaliny, jangan sampai kita menyesal di kemudian hari

 

 

Tangannya tidak berhenti menghapus butiran-butiran air mata yang melintasi wajahnya, matanya yang sembab dan wajahnya yang merah merona tidak secerah saat sebelum dia membicarakan masalahnya itu, raut dari wajahnya menggambarkan luka yang sangat dalam dan tidak bisa digambarkan melalui ukiran-ukiran kata apapun. Dia terus bercerita tentang kehidupannya yang penuh dengan luka dan begitu banyak tangisan di dalamnya, aku hanya mampu menepuk bahunya dan hanya mampu berkata “sabar”. Aku tahu beban yang dia pikul sangatlah berat, bagaimana tidak, orang tuanya bercerai saat usianya masih 1 tahun, saat dia belum merasakan apa itu kasih sayang seorang ibu, saat dia belum mempunyai dosa apapun, saat dia masih membutuhkan belaian lembut dari seorang ibu, dia sudah ditinggal pergi oleh sang ibu. Setelah kedua orang tuanya bercerai dia tinggal bersama ayah dan neneknya di kota Solo Jawa Tengah.

Kehidupan memang sangat berat untuk dijalani ketika semua kenyataan yang kita terima tidak sesuai dengan harapan kita. Selama bertahun-tahun dia bertanya-tanya kenapa dia tidak mempunyai seorang ibu?, kenapa dia tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang ibu seperti teman-teman sebayanya?, kenapa ibunya tega meninggalkannya tanpa pernah sekalipun menjenguknya atau hanya sekedar menanyakan keadaannya?. Semua foto ibunyapun tidak ada di rumahnya, dia sering mencari di setiap sudut rumahnya tapi tak pernah dia dapatkan satu fotopun. Dia sangat penasaran seperti apa sosok ibunya itu, karna dia tidak pernah sekalipun bertemu dengannya.

Dia bercerita dengan luapan air mata yang aku tahu adalah air mata yang dahulu sempat ditahannya, aku bisa mengerti tentang perasaannya dan bisa merasakan rasa sakit yang mencabik-cabik perasaannya. Sesekali aku bertanya kenapa orang tuanya itu bercerai? Tapi, dia hanya menjawab karna kesalahan yang dilakukan oleh ibunya. Ibu yang aku tahu adalah seorang wanita yang sangat mulia dan sangat menyayangi buah hatinya, bagaimana mungkin dia tega meninggalkan buah hatinya yang masih membutuhkan kasih sayangnya?.

Kelas 3 SD dia mengalami saat-saat yang sangat membingungkan, ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang berbeda keyakinan dan akhirnyapun ayahnya pindah keyakinan menjadi seorang umat kristiani. Apa yang dia lakukan? Dia hanya bisa pasrah dengan keadaan, karna saat itu dia tidak bisa melakukan apapun, usia yang masih sangat kecil tidak akan mampu memisahkan dua sosok manusia yang saling mencintai.

Ketika di sekolah dia mempelajari tentang agama islam tetapi ketika di rumah dia selalu pergi ke Gereja bersama orang tuanya, menyedihkan bukan?, ingin sekali dia pergi ke masjid bersama dengan keluarganya tapi itu tidak mungkin karna mukenapun dia tidak punya, dia pernah bertanya sebetulnya agama aku itu apa? Kristiani atau muslim?.

Selama 3 tahun dia menjalani hidup luntang-lantung, kesana-sini, tidak punya tujuan hidup, tidak mendapatkan sebuah perhatian layaknya seorang ibu. Dia selalu iri kepada mereka yang mempunyai seorang ibu, yang selalu akrab dengan ibunya, yang selalu bisa curhat tentang masalahnya kepada ibunya. Dia selalu menginginkan belaian kasih sayang dari seorang ibu, merawatnya ketika dia sedang sakit, menjadi penopangnya ketika dia sedang terjatuh, mencium tangan seorang ibu, membasuh kedua kaki ibunya, memeluk ibunya.

Kelas 6 SD dia memutuskan untuk tinggal bersama dengan tantenya di Jakarta, sebetulnya dari saat dia kecil tantenya itu sudah ingin mengadopsinya sebagai anak. Dia tinggal bersama dengan tantenya karna dia sudah tidak sanggup tinggal bersama dengan ayah dan ibu tirinya, disaat ayahnya tidak ada ibu tirinya itu memperlakukannya dengan tidak baik, bagaimana dia bisa sanggup? Sedangkan dia sudah tidak mempunyai tempat untuk berbagi.

Penderitaannya, perjuangannya untuk tetap bertahan hidup sangat membuatku salut padanya. Menurutku dia begitu kuat dan tegar, dengan segala masalah yang menimpanya dia tetap bisa tersenyum seriang itu saat kita bercanda bersama. Mungkin jika aku bertukar tempat dengannya aku tidak akan setegar dia. Aku sangat salut dengan semangatnya untuk tetap menjalani hidup kedepannya.

Aku yang dikaruniai mempunyai seorang ibu merasa malu padanya karna aku tahu aku masih sering membangkang pada ibuku, aku masih sering tidak menjalankan perintahnya. Padahal ada seseorang di luar sana yang menginginkan kehadiran seorang ibu di kehidupannya tapi aku yang sudah mempunyai seorang ibu malah terkadang menyia-nyiakannya.

Sekarang aku sadar, ibu itu adalah sesosok wanita yang sangat penting di dalam hidup kita, sosok yang kehadirannya sangat kita tunggu-tunggu, sosok yang selalu siap merangkul kita disaat kita membutuhkannya.