Rabu, 05 Desember 2012

Cerita Kehidupannya

 

Jalanilah hidup dengan sebuah keikhlasan dan penuh dengan rasa syukur, karna kehidupan tidak akan bisa di ulang untuk kedua kaliny, jangan sampai kita menyesal di kemudian hari

 

 

Tangannya tidak berhenti menghapus butiran-butiran air mata yang melintasi wajahnya, matanya yang sembab dan wajahnya yang merah merona tidak secerah saat sebelum dia membicarakan masalahnya itu, raut dari wajahnya menggambarkan luka yang sangat dalam dan tidak bisa digambarkan melalui ukiran-ukiran kata apapun. Dia terus bercerita tentang kehidupannya yang penuh dengan luka dan begitu banyak tangisan di dalamnya, aku hanya mampu menepuk bahunya dan hanya mampu berkata “sabar”. Aku tahu beban yang dia pikul sangatlah berat, bagaimana tidak, orang tuanya bercerai saat usianya masih 1 tahun, saat dia belum merasakan apa itu kasih sayang seorang ibu, saat dia belum mempunyai dosa apapun, saat dia masih membutuhkan belaian lembut dari seorang ibu, dia sudah ditinggal pergi oleh sang ibu. Setelah kedua orang tuanya bercerai dia tinggal bersama ayah dan neneknya di kota Solo Jawa Tengah.

Kehidupan memang sangat berat untuk dijalani ketika semua kenyataan yang kita terima tidak sesuai dengan harapan kita. Selama bertahun-tahun dia bertanya-tanya kenapa dia tidak mempunyai seorang ibu?, kenapa dia tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang ibu seperti teman-teman sebayanya?, kenapa ibunya tega meninggalkannya tanpa pernah sekalipun menjenguknya atau hanya sekedar menanyakan keadaannya?. Semua foto ibunyapun tidak ada di rumahnya, dia sering mencari di setiap sudut rumahnya tapi tak pernah dia dapatkan satu fotopun. Dia sangat penasaran seperti apa sosok ibunya itu, karna dia tidak pernah sekalipun bertemu dengannya.

Dia bercerita dengan luapan air mata yang aku tahu adalah air mata yang dahulu sempat ditahannya, aku bisa mengerti tentang perasaannya dan bisa merasakan rasa sakit yang mencabik-cabik perasaannya. Sesekali aku bertanya kenapa orang tuanya itu bercerai? Tapi, dia hanya menjawab karna kesalahan yang dilakukan oleh ibunya. Ibu yang aku tahu adalah seorang wanita yang sangat mulia dan sangat menyayangi buah hatinya, bagaimana mungkin dia tega meninggalkan buah hatinya yang masih membutuhkan kasih sayangnya?.

Kelas 3 SD dia mengalami saat-saat yang sangat membingungkan, ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang berbeda keyakinan dan akhirnyapun ayahnya pindah keyakinan menjadi seorang umat kristiani. Apa yang dia lakukan? Dia hanya bisa pasrah dengan keadaan, karna saat itu dia tidak bisa melakukan apapun, usia yang masih sangat kecil tidak akan mampu memisahkan dua sosok manusia yang saling mencintai.

Ketika di sekolah dia mempelajari tentang agama islam tetapi ketika di rumah dia selalu pergi ke Gereja bersama orang tuanya, menyedihkan bukan?, ingin sekali dia pergi ke masjid bersama dengan keluarganya tapi itu tidak mungkin karna mukenapun dia tidak punya, dia pernah bertanya sebetulnya agama aku itu apa? Kristiani atau muslim?.

Selama 3 tahun dia menjalani hidup luntang-lantung, kesana-sini, tidak punya tujuan hidup, tidak mendapatkan sebuah perhatian layaknya seorang ibu. Dia selalu iri kepada mereka yang mempunyai seorang ibu, yang selalu akrab dengan ibunya, yang selalu bisa curhat tentang masalahnya kepada ibunya. Dia selalu menginginkan belaian kasih sayang dari seorang ibu, merawatnya ketika dia sedang sakit, menjadi penopangnya ketika dia sedang terjatuh, mencium tangan seorang ibu, membasuh kedua kaki ibunya, memeluk ibunya.

Kelas 6 SD dia memutuskan untuk tinggal bersama dengan tantenya di Jakarta, sebetulnya dari saat dia kecil tantenya itu sudah ingin mengadopsinya sebagai anak. Dia tinggal bersama dengan tantenya karna dia sudah tidak sanggup tinggal bersama dengan ayah dan ibu tirinya, disaat ayahnya tidak ada ibu tirinya itu memperlakukannya dengan tidak baik, bagaimana dia bisa sanggup? Sedangkan dia sudah tidak mempunyai tempat untuk berbagi.

Penderitaannya, perjuangannya untuk tetap bertahan hidup sangat membuatku salut padanya. Menurutku dia begitu kuat dan tegar, dengan segala masalah yang menimpanya dia tetap bisa tersenyum seriang itu saat kita bercanda bersama. Mungkin jika aku bertukar tempat dengannya aku tidak akan setegar dia. Aku sangat salut dengan semangatnya untuk tetap menjalani hidup kedepannya.

Aku yang dikaruniai mempunyai seorang ibu merasa malu padanya karna aku tahu aku masih sering membangkang pada ibuku, aku masih sering tidak menjalankan perintahnya. Padahal ada seseorang di luar sana yang menginginkan kehadiran seorang ibu di kehidupannya tapi aku yang sudah mempunyai seorang ibu malah terkadang menyia-nyiakannya.

Sekarang aku sadar, ibu itu adalah sesosok wanita yang sangat penting di dalam hidup kita, sosok yang kehadirannya sangat kita tunggu-tunggu, sosok yang selalu siap merangkul kita disaat kita membutuhkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca tulisan saya, :D
saya sangat menerima kritik dan saran dari anda. Terima kasih :)