Cerita Kehidupannya
Jalanilah hidup dengan sebuah keikhlasan dan penuh dengan rasa syukur, karna kehidupan tidak akan bisa di ulang untuk kedua kaliny, jangan sampai kita menyesal di kemudian hari
Tangannya tidak berhenti menghapus butiran-butiran air mata
yang melintasi wajahnya, matanya yang sembab dan wajahnya yang merah merona
tidak secerah saat sebelum dia membicarakan masalahnya itu, raut dari wajahnya
menggambarkan luka yang sangat dalam dan tidak bisa digambarkan melalui ukiran-ukiran
kata apapun. Dia terus bercerita tentang kehidupannya yang penuh dengan luka
dan begitu banyak tangisan di dalamnya, aku hanya mampu menepuk bahunya dan
hanya mampu berkata “sabar”. Aku tahu beban yang dia pikul sangatlah berat,
bagaimana tidak, orang tuanya bercerai saat usianya masih 1 tahun, saat dia
belum merasakan apa itu kasih sayang seorang ibu, saat dia belum mempunyai dosa
apapun, saat dia masih membutuhkan belaian lembut dari seorang ibu, dia sudah
ditinggal pergi oleh sang ibu. Setelah kedua orang tuanya bercerai dia tinggal
bersama ayah dan neneknya di kota Solo Jawa Tengah.
Kehidupan memang sangat berat untuk dijalani ketika semua
kenyataan yang kita terima tidak sesuai dengan harapan kita. Selama bertahun-tahun
dia bertanya-tanya kenapa dia tidak mempunyai seorang ibu?, kenapa dia tidak
pernah merasakan kasih sayang dari seorang ibu seperti teman-teman sebayanya?,
kenapa ibunya tega meninggalkannya tanpa pernah sekalipun menjenguknya atau
hanya sekedar menanyakan keadaannya?. Semua foto ibunyapun tidak ada di
rumahnya, dia sering mencari di setiap sudut rumahnya tapi tak pernah dia
dapatkan satu fotopun. Dia sangat penasaran seperti apa sosok ibunya itu, karna
dia tidak pernah sekalipun bertemu dengannya.
Dia bercerita dengan luapan air mata yang aku tahu adalah
air mata yang dahulu sempat ditahannya, aku bisa mengerti tentang perasaannya
dan bisa merasakan rasa sakit yang mencabik-cabik perasaannya. Sesekali aku
bertanya kenapa orang tuanya itu bercerai? Tapi, dia hanya menjawab karna
kesalahan yang dilakukan oleh ibunya. Ibu yang aku tahu adalah seorang wanita
yang sangat mulia dan sangat menyayangi buah hatinya, bagaimana mungkin dia
tega meninggalkan buah hatinya yang masih membutuhkan kasih sayangnya?.
Kelas 3 SD dia mengalami saat-saat yang sangat membingungkan,
ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang berbeda keyakinan dan
akhirnyapun ayahnya pindah keyakinan menjadi seorang umat kristiani. Apa yang
dia lakukan? Dia hanya bisa pasrah dengan keadaan, karna saat itu dia tidak
bisa melakukan apapun, usia yang masih sangat kecil tidak akan mampu memisahkan
dua sosok manusia yang saling mencintai.
Ketika di sekolah dia mempelajari tentang agama islam tetapi
ketika di rumah dia selalu pergi ke Gereja bersama orang tuanya, menyedihkan
bukan?, ingin sekali dia pergi ke masjid bersama dengan keluarganya tapi itu
tidak mungkin karna mukenapun dia tidak punya, dia pernah bertanya sebetulnya
agama aku itu apa? Kristiani atau muslim?.
Selama 3 tahun dia menjalani hidup luntang-lantung,
kesana-sini, tidak punya tujuan hidup, tidak mendapatkan sebuah perhatian
layaknya seorang ibu. Dia selalu iri kepada mereka yang mempunyai seorang ibu,
yang selalu akrab dengan ibunya, yang selalu bisa curhat tentang masalahnya
kepada ibunya. Dia selalu menginginkan belaian kasih sayang dari seorang ibu,
merawatnya ketika dia sedang sakit, menjadi penopangnya ketika dia sedang
terjatuh, mencium tangan seorang ibu, membasuh kedua kaki ibunya, memeluk
ibunya.
Kelas 6 SD dia memutuskan untuk tinggal bersama dengan
tantenya di Jakarta, sebetulnya dari saat dia kecil tantenya itu sudah ingin
mengadopsinya sebagai anak. Dia tinggal bersama dengan tantenya karna dia sudah
tidak sanggup tinggal bersama dengan ayah dan ibu tirinya, disaat ayahnya tidak
ada ibu tirinya itu memperlakukannya dengan tidak baik, bagaimana dia bisa
sanggup? Sedangkan dia sudah tidak mempunyai tempat untuk berbagi.
Penderitaannya, perjuangannya untuk tetap bertahan hidup
sangat membuatku salut padanya. Menurutku dia begitu kuat dan tegar, dengan
segala masalah yang menimpanya dia tetap bisa tersenyum seriang itu saat kita
bercanda bersama. Mungkin jika aku bertukar tempat dengannya aku tidak akan
setegar dia. Aku sangat salut dengan semangatnya untuk tetap menjalani hidup
kedepannya.
Aku yang dikaruniai mempunyai seorang ibu merasa malu
padanya karna aku tahu aku masih sering membangkang pada ibuku, aku masih
sering tidak menjalankan perintahnya. Padahal ada seseorang di luar sana yang
menginginkan kehadiran seorang ibu di kehidupannya tapi aku yang sudah
mempunyai seorang ibu malah terkadang menyia-nyiakannya.
Sekarang aku sadar, ibu itu adalah sesosok wanita yang
sangat penting di dalam hidup kita, sosok yang kehadirannya sangat kita
tunggu-tunggu, sosok yang selalu siap merangkul kita disaat kita
membutuhkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca tulisan saya, :D
saya sangat menerima kritik dan saran dari anda. Terima kasih :)