Rabu, 20 November 2013

Jawabannya ada pada "KALIAN"

Ketika bulan purnama memancarkan cahayanya sampai menembus kulitku.
Ketika suara jangkrik kian terdengar bersahut-sahutan.
Ketika angin malam berhembus membelai jilbabku.
Ketika dinginnya malam membekukan tubuhku.

Aku berayun pada sebuah kursi tua yang sudah reot.
Bersenandung pelan sambil mengusap-usap tanganku yang mendingin.
Pikiranku mulai mengais-ngais kenangan. Berdebat dengan kenyataan.
Kenangan yang ku simpan rapat-rapat, kenangan yang sejujurnya tidak ingin kuingat!.

Pertanyaannya adalah Kenapa tidak ku buang saja kenangan itu?
Kenapa malah kusimpan?
Kenapa malah kuabadikan?
Jawabannya adalah karna aku terlalu takut untuk melupakan…

Kenapa disaat-saat seperti ini dirimu tiba-tiba muncul kembali?
Membuatku teringat kepada kenangan.
Membuatku berharap terlalu lebih.
Ketika ada seseorang yang hadirnya mulai menggantikan sosokmu.

Orang itu mirip sekali denganmu.
Dari nada bicaranya, kesukaannya, sampai senyumannyapun sama.
Kamu harusnya tidak datang!.
Sehingga semuanya akan menjadi mudah...

Harusnya memang aku tidak perlu bingung.
Memang sudah seharusnya aku memilih dia!.
Bukan kamu!.
Tapi entah kenapa hati ini bimbang.

Aku takut jika hal yang sama terulang kembali.
Karna persamaan yang ada diantara kalian.
Aku takut menerima kenyataan bahwa akulah yang akan tersakiti lagi.
Hanya karna hobi yang sama-sama kalian sukai itu.
Aku takut terjatuh ke dalam lobang yang sama.
Ketika aku memilih satu diantara kalian yang jelas-jelas sama.
Aku takut ketika aku mulai bosan.
Karna hobi kalian yang menomorduakan diriku.

Seharusnya memang aku tidak membanding-bandingkan kalian.
Seharusnya memang aku tidak melihat kebelakang.
Seharusnya memang aku tidak berhak untuk memilih.
Seharusnya memang aku tidak mengarapkanmu kembali.

Tapi entah kenapa hati ini selalu membicarakan kamu ketika aku sedang memikirkan dia.
Entah kenapa kenangan-kenangan itu selalu muncul ketika aku sedang bersamanya.
Entah kenapa saat dia mengkobarkan janji-janji manis semuanya seakan sama seperti dirimu.
Entah kenapa ketika dia mulai mengajakku untuk lebih dekat lagi tiba-tiba sosokmu datang.

Aku ingin sekali mengusirmu pergi!.
Tapi aku tidak sanggup,
Karna aku terlalu bahagia saat kamu kembali.
Tapi kebahagiaanku itu.. justru malah menikamku.

Yang kutahu dan kulihat saat kamu kembali.
Adalah kamu tidak berubah, masih sama dengan terakhir kali kita berpisah.
Aku tidak tahu dia akan lebih baik,
Atau  yang terparah adalah dia malah lebih buruk darimu.

Aku hanya ingin kalian tahu.
Bahwa kalianlah kedua sosok yang mempunyai banyak kesamaan.
Yang saat ini menempati ruang kecil dihatiku.
Yang bayangannya selalu terlukis dibenakku.
Ketahuilah, bahwa aku disini menanti.. siapakah yang terbaik diantara kalian!.



With Love

Raniamanda

Senin, 09 September 2013

Hari Pertama Kuliah Perdanaku


Hari ini, Senin 9 September 2013, hari yang cerah dengan semangat baru yang menggebu-gebu, hari yang terbilang cukup menyenangkan bagiku. Karna di hari ini aku mendapat teman-teman baru, mempunyai Kelas baru, dan yang paling penting hari ini adalah hari dimana aku mendapat predikat sebagai seorang Mahasiswa Baru.
Hari pertama menjadi seorang Mahasiswa memang terasa sangat berbeda untukku. Dulu saat aku masih SMA biasanya aku berangkat sekolah jam 6.30 pagi namun sekarang aku berangkat dari jam 5.30 pagi, betapa terasa berbedanya antara menjadi siswa biasa dengan menjadi seorang mahasiswa.
Akupun sampai  saat ini masih tidak percaya bahwa aku sudah menjadi seorang Mahasiswa. Padahal aku merasa bahwa kemarin aku baru saja lulus dari bangku sekolah dasar dan masih bermain-main bersama teman dengan menggunakan sepeda yang ada keranjangnya di depan, masih bermain petak umpet dengan teman rumahku. Tapi pada kenyataannya ternyata semua itu sudah berlalu sejak lama dan aku merasa bahwa waktu berjalan sangat cepat sampai aku tidak sadar bahwa aku sekarang bukan seorang anak-anak yang kerjaannya hanya bermain saja.
Terkadang aku rindu masa-masa kanak-kanak yang tidak mempunyai beban sama sekali, aku rindu bermain bersama teman-teman rumahku, bermain sepeda dengan teman sekolahku, bermain di taman dekat rumah, betapa semuanya terasa menyenangkan untukku. Terkadang aku juga ingin kembali ke masa itu, ketika aku masih bisa bermain tanpa mengenal rasa malu.
Sekarang aku sudah dalam masa menuju kedewasaan, aku harus belajar dengan rajin agar cita-citaku tercapai, tidak ada main-main dan bermalas-malasan lagi. Sekarang aku harus maju demi membanggakan Ibu dan Bapakku yang sudah membiayai sekolahku dari TK sampai sekarang. Aku berjanji dari lubuk hatiku yang terdalam bahwa aku akan sukses dan membuat orang tuaku bahagia.
Aku berada di kelas Reguler B yang terdiri dari sekitar 39 Mahasiswa. Jujur sih aku belum cukup mengenal semua yang berada di kelasku ini, karna dari yang kulihat siswa yang berada di kelasku rata-rata bersifat pendiam. Jadi, susah untuk diajak mengobrol ataupun hanya untuk sekedar berkenalan. Tapi aku rasa mereka semua cukup baik menurutku.
Hari pertama ini kelasku sudah menentukan ketua tingkat yang tidak lain adalah teman dekatku semasa Mos, dan itupun karna aku yang memilihnya. Jujur, aku memang tidak adil karna saat itu aku juga dipilih menjadi seorang sekertaris namun aku nekat dan kokoh untuk tidak menyetujuinya, jadi pada akhirnya aku tidak menjadi pengurus kelas seperti yang kuharapkan. Karna menurutku menjadi pengurus kelas itu sangat merepotkan, aku lebih memilih menjadi Mahasiswa biasa yang mengikuti UKM Jurnalistik daripada menjadi pengurus kelas. Aku berniat masuk UKM Jurnalistik karna menurutku itu adalah sebuah tantangan baru untukku yang sangat suka menulis ini.
Hari perdana ini dibuka oleh Dosen Radiofotografi, namanya Drs. Win Priantoro. Dms. Beliau orangnya baik dan cukup lucu menurutku, tapi aku tidak tahu kalau menurut teman-temanku. Pertemuan pertama kami hanya melakukan perkenalan saja dan Tanya jawab seputar Radiofotografi, akupun sempat bertanya beberapa hal kepada beliau dan asistennya yang bernama Mahfuz SST.
Jam terakhir setelah istirahat diisi oleh Dosen Agama Islam yang bernama Yayan Widyanto, beliau seorang Radiografer di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, beliau juga seorang President Directur di salah satu perusahaan yang bekerja di bidang alat elektronika. Beliau orangnya cukup ramah menurutku dan dari penglihatanku dia sangat baik kepada nilai. Aku suka tipe guru yang seperti ini, karna menurutku buat apasih pelit terhadap nilai? Tidak ada untungnya juga kan untuk guru itu sendiri?.
Itulah pengalaman kuliah perdanaku hari ini, sedikit menyenangkan sih menurutku dan merupakan satu pengalaman baru untukku, semoga hari-hari berikutnya berjalan dengan lancar dan aku bisa mengerjakan berbagai tugas yang kutahu sangat banyak itu dengan baik dan benar. Aku berharap hari esok akan lebih baik dari hari ini. amiin.


Raniamanda

Rabu, 10 Juli 2013

Inikah CINTA?

Kita masih saling merindukan

Menebar kerinduan dalam tulisan

Walau tak saling menyebut nama

Namun kutahu rasa rindu itu ada 


Katamu kau bukanlah pria romantic

Lihatlah, kau sedang melucu

Dengan semua tulisanmu

Dengan semua kata-kata yang kau tunjukkan untukku

Itu sudah membuktikkan seberapa romantisnya dirimu dimataku 


Kita masih tidak bertegur sapa

Melainkan saling merangkai kata

Saling berucap dalam dunia maya

Walau tak saling menyebut nama 


Kita masih saling memperhatikan

Saling memeluk walau hanya dalam sebuah tulisan

Saling berbicara walau hanya dalam sebuah rangkaian kata

Saling merindukan walau tak saling berkata 


Kita tidak bersama

Kita tidak saling terikat

Kita tidak saling bertatap wajah

Namun semuanya terlihat indah bukan?


with love
-Raniamanda

Rabu, 29 Mei 2013

Masih Tentang Kamu!!

Masih tentang kamu tuan yang hadirnya selalu ada di dalam mimpiku. Masih tentang kamu tuan yang kehadirannya selalu menjadi moodboster untukku. Masih tentang kamu tuan yang wajahnya selalu datang di dalam bayang-bayang indahku.
Tolong jangan tanya kenapa aku selalu menjadikanmu tokoh utama untuk melengkapi semua tulisan-tulisanku. Jangan tanya kenapa aku masih menjadikanmu satu-satunya pria yang mengisi kekosongan hatiku. Jangan tanya kenapa aku tidak bisa melupakanmu. Karna sungguh, aku tidak mempunyai jawabannya.
Haruskah aku membuktikan segalanya? Haruskah aku membuktikan seberapa besar rinduku padamu? Seberapa besar rasa sayangku padamu? Seberapa besar ketakutanku untuk berada jauh darimu?. Perlukah aku berkorban? Haruskah aku berkorban jika seseorang yang aku perjuangkan tidak sama sekali memperdulikanku?.
Haruskah aku berterus terang padamu jika aku menginginkanmu kembali? Haruskah aku merendahkan diriku untuk mendapatkan perhatianmu?.
Apakah kamu tahu betapa sakitnya hatiku saat kau tidak memperdulikanku? Apakah kau tahu kode-kode yang selalu kutunjukkan untukmu? Setiap kode yang aku tunjukkan kepadamu semata-mata hanya untuk mendapatkan perhatianmu, tapi apa reaksimu? Nol, kamu sama sekali masih tidak memperdulikanku.
Aku menulis ini sama sekali tidak untuk memojokkanmu, aku menulis ini sama sekali tidak untuk membuatmu merasa bersalah, tapi aku menulis ini hanya untuk membuatmu tahu bahwa aku disini peduli padamu, bahwa aku disini menginginkan kebersamaan kita yang dulu, bahwa aku disini menantikan sebuah sapaan singkat darimu.
Ingatkah kamu celotehan yang selalu kulontarkan hanya untuk membuat kau tersenyum? Ingatkah kamu sapaan renyahku yang kutunjukkan hanya untuk membangunkanmu dari tidurmu? Ingatkah kamu saat-saat kita buka puasa bersama? Ingatkah kamu saat aku mengingatkanmu untuk selalu mengingat allah dan menjalankan semua perintahnya? Ingatkah kamu saat aku memperingatkanmu untuk tidak merokok dan mendeskripsikan akibat-akibatnya? Ingatkah kamu saat aku menginginkanmu untuk menjadi calon imamku? Ingatkah kamu saat kita tertawa bersama dan saling mengeluarkan candaan yang aku rasa tidak terlalu lucu namun selalu membuat kita tertawa? Ingatkah kamu saat kita saling bertukar cerita tentang kehidupan di sekolah kita masing-masing?. Ingatkah kamu semua itu?.
Jangan bertanya padaku, karna aku pasti masih mengingat itu semua. Semuanya masih terekam sangat jelas di dalam memory otakku. Masih selalu muncul di dalam mimpi-mimpiku. Masih selalu hadir di dalam setiap lamunanku.

Sekali lagi tuan, aku hanya ingin kau tahu arti dari semua rasa sakit di dalam diriku, aku hanya ingin kau melihat ku kembali.

with love
Raniamanda

Kamis, 11 April 2013

Piano


Wanita itu sedang memainkan Piano dengan seorang pria tampan disampingnya, mereka terlihat sangat akrab, terlihat senyum tawa yang terlintas di bibir mereka, mereka terlihat sebagai sepasang kekasih yang sangat bahagia. “iya, aku mencintai kamu Rio” seru wanita itu.
“Treng tereng tereng” jam wekerku berbunyi.
Ohh ternyata tadi itu hanya mimpi, mimpi yang sangat indah, aku ingin sekali menjadi wanita itu, dan pria yang berada di sampingnya sangat tampan sekali, siapapun pasti menginginkan untuk menjadi kekasihnya.
Matahari sudah menampakkan cahaya jingganya ketika aku baru bangun dari tidurku, Aku langsung mandi dan membereskan semua perlengkapan sekolahku, hari ini aku ada jam extrakulikuler sepulang sekolah, jadi aku harus membawa bekal untukku makan sepulang sekolah nanti. Karna aku tidak mungkin pulang ke rumah lalu balik lagi ke tempat extrakulikulerku.
Oh ya aku sampai lupa. Namaku Anggita Fairuz Kamil, aku ingat orang tuaku pernah berkata bahwa mereka memberikan namaku itu bahwa agar aku menjadi anak yang cantik seperi batu permata yang indah. Teman-temanku biasa memanggilku Gita. Aku tidak populer di sekolahku, aku hanya seorang siswi biasa yang pintar memainkan piano, aku tidak bermaksud sombong aku hanya ingin membagi kebahagiaanku karna aku sudah memenangi beberapa perlombaan yang sering aku ikuti, wajarlah kalau aku bahagia.
*****
Sepulang sekolah aku langsung beranjak ketempatku les Piano, sesampainya disana belum ada satu orangpun yang datang. Sambil menunggu beberapa teman datang, aku duduk di bangku depan kelas musikku, tiba-tiba terdengar alunan musik yang kutahu adalah berasal dari piano di ruang praktek. Alunan musik ini sungguh indah, aku sangat terpesona dengan alunan musik ini dan jantungku entah kenapa seperti tersengat aliran listrik 700 knolt. Astaga apakah aku jatuh cinta pada alunan musik ini?. Musik ini sangat merdu, semua orang yang mendengarnyapun pasti sangat terpesona. Kurasa aku memang jatuh cinta dengan musik ini.
Aku sangat penasaran dengan seseorang yang sedang memainkan piano itu, apakah dia pianis terkenal seperti: Maksim Mrvica, Mike Nock atau  Vanesa Mey?.
Aku tidak menyadari pergerakan di kakiku, aku baru sadar saat aku sudah sampai di depan ruang praktek dengan berada di ambang pintu yang sudah kubuka dan memandang kepada sosok mengagumkan yang sedari tadi memainkan piano yang sudah membuatku seperti terhipnotis olehnya.
Aku terperanjat, mataku dan matanya bertemu, astaga dia menatapku.
“kau siapa?” sapa orang itu padaku sedangkan bibirku terkunci rapat
Aku masih terdiam membeku memandangi sosok yang wajahnya terasa tidak asing bagiku, matanya, bibirnya, dagunya, hidungnya terasa sangat ku kenal, tapi entahlah aku masih tidak ingat bertemu dimana dengannya. Wajahnya sangat tampan, terlihat darah india di wajah dan kelopak matanya, mataku tidak berkedip sekalipun, dan terus memandangnya, aku masih mengingat-ingat siapa dia sebenarnya.
“astaga, kenapa aku jadi seperti ini? Memandangi seorang pria yang sama sekali tidak kukenal dengan ekspresi wajah yang ahh memalukan, harus ditaruh dimana wajahku ini?” gerutuku dalam hati
“hey, punya mulut tidak, kau ini siapa?” tanya pria itu sekali lagi.
Aku masih memandangi wajahnya tanpa menghiraukan pertanyaannya, aku sangat yakin jikalau aku pernah bertemu dengan pria ini, tapi dimana?
“gagu ya?” tanyanya lagi
Aku terperanjat, berani-beraninya dia mengataiku gagu, memangnya dia siapa? Aku tidak bisa diam saja “heh bisa di jaga nggak sih omongannya, gak sopan” jawabku sambil memalingkan wajahku darinya.
“ohh ternyata bisa bicara juga, kukira gagu” lanjutnya
Hhh dasar pria sombong, mentang-mentang permainan pianonya bagus jadi besar kepala dia. Ahh sudahlah, tidak penting berurusan dengan pria sombong seperti itu, mending aku balik saja ke kelas musikku, sepertinya sudah banyak yang datang.
Aku berbalik menghadap pintu dan siap-siap berjalan keluar dari ruang kelas praktek ini.
“hey mau kemana kamu? Urusan kita belum selesai” serunya
“hah? Urusan apa ya? Seingatku kita tidak punya urusan apapun” jawabku tanpa berbalik memandangnya
“kau belum menjawab pertanyaanku yang tadi” sambungnya
“emm pertanyaan apa yah? Aku tidak ingat tuh” jawabku
“kau siapa?” singkatnya
“ohh yang itu, emm penting banget memangnya?”
“ya penting sekali, karna aku tidak ingin kau membocorkan rahasia permainan pianoku ini kepada siapapun” jawabnya
Aku terdiam beberapa detik.
“hah itu rahasia? Memangnya untuk apa dirahasiakan? permainan pianomu itu bagus sekali loh” ups keceplosan, duh gimana ini? Kalau dia berfikiran yang macam-macam bagaimana? Aku harus beralasan apa? “emm maksdudku permainan pianomu itu lumayan bagus buat pemula sepertimu” sambungku
“sudahlah, jujur saja kalau permainan pianoku ini bagus, memang aku sudah menyadari itu” lanjutnya
“ya ya ya, memang untuk apa kau merahasiakannya?” tanyaku sambil membalikkan tubuhku dan memandangnya
“emm penting banget memangnya?” serunya
“hhh kau meng-copy kata-kataku, tidak kreativ nih, lalu untuk apa kau merahasiakannya?” lanjutku
Aku penasaran, untuk apa dia merahasiakan hal itu kepada siapapun, bukannya seharusnya itu hal yang patut dibanggakan?
“haha, ya pokoknya itu rahasia, kau tidak boleh membocorkannya kepada siapapun” jawabnya
“lalu kalau aku rahasiakan itu, kau akan memberikanku apa?” tawarku
“hah? Pamrih sekali kau ini” kagetnya
“haha habisnya sayang sekali kalau kemahiran bermain pianomu itu harus dirahasiakan”
“oke aku akan mengajarkanmu bermain piano jika kau mau berjanji bahwa kau tidak akan membocorkan rahasiaku ini”
“mengajariku? Sok pintar sekali kau, umur kita paling tidak hanya beda satu atau dua tahun lalu kau dengan sombongnya ingin mengajariku? Memangnya kau tidak tahu? aku ini sering memenangi lomba bermain piano” tuturku
Tapi memang kuakui sih dia jauh lebih hebat dariku, tapi apa iya aku harus menerima tawarannya?
“hem yasudah kalau kau tidak mau kau tidak boleh keluar dari tempat ini” jawabnya sambil berjalan ke arah pintu dan menutupnya
“oh jadi kau mengancam?” Aku tidak takut jawabku, “sialan dia berani  sekali mengancamku” bentakku dalam hati
“wah wah wah berani sekali wanita ini, lalu kalau aku menjadi pacarmu bagaimana?”
“lalu kalau kau menjadi pacarku bagaiman?” ucapnya
Deg, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, ada apa ini? Tidak biasanya aku seperti ini, astaga wajahku pasti memerah saat ini dan kenapa suaraku tidak bisa keluar?.
Aku membalikkan tubuhku membelakanginya dan Aku mulai menarik napas panjang lalu membuangnya, aku lakukan itu berulang kali sampai aku merasa tenang dan bisa mengeluarkan suara lagi.
Aku membalikkan tubuhku “a--apa? Me--menjadi pacarmu? Membayangkannya saja aku tidak pernah” jawabku terbata-bata sambil membenarkan rambutku yang terurai.
Dia kembali ke tempat duduknya yang berada di depan piano “lalu maumu apa?” tanyanya sambil duduk kembali
Aku berfikir sejenak sambil mendekatinya “emm bagaimana kalau kau mengajariku memainkan piano” aku terdiam sejenak “sampai aku terkenal” jawabku sambil duduk disebelahnya.
Jantungku masih berdegup kencang tapi tak sekencang degupanku tadi , tapi aku yakin dia tidak akan mendengar degupan jantungku ini walau kita duduk bersebelahan.
“sampai kau terkenal? Memangnya kau Pikir aku tidak ada pekerjaan lain?” lanjutnya
“yasudah kalau kau tidak mau, aku juga tidak memaksa dan soal rahasiamu emm sepertinya aku tidak yakin kalau rahasiamu akan aman” jawabku sambil bangkit dari tempat duduk.
“eh tunggu” panggilnya
Aku tersenyum kecut sambil berteriak dalam hati ‘yes kau kalah haha memangnya bisa dengan mudahnya mempermainkan seorang Gita? Aku berani bertaruh bahwa kau akan menerima tawaranku itu’ sedetik kemudian aku menoleh kearahnya “ya, apa?” tanyaku
“oke-oke aku kalah” jawabnya sambil mengangkat tangan,
Aku tersenyum penuh kemenangan “lalu?” tanyaku lagi
“aku akan mengajarimu bermain piano” jawabnya dengan nada tinggi
“sampai aku terkenal?” sambungku
“ya, sampai kau terkenal, puas?” tanyanya
“sangat puas haha” aku tertawa sambil berjalan ke arahnya lagi “jadi.. kita deal?” tanyaku sambil menjulurkan tangan
“deal” serunya sambil menjabat tanganku.
Seperti ada aliran listrik 700 knolt yang menjalar dari tangannya ke tanganku.
Kita terdiam sejenak dan mulai saling melepaskan genggaman tangan “oke aku kembali ke kelas musikku dulu, sepertinya sudah dimulai dan aku pasti terlambat” aku berjalan mendekati pintu keluar “dan kalau sampai terlambat, itu semua gara-gara kau” aku menoleh sedikit ke arahnya dan mulai berjalan kembali.
“tunggu” sergahnya “Bukankah kita belum berkenalan? Namaku Rio, kalau kamu?” tanyanya.
Aku berhenti “aku Gita” jawabku tanpa membalikkan tubuhku dan aku mulai berjalan lagi.
“oke Gita senang bisa berkenalan denganmu” teriaknya.
Teriakkannya masih terdengar di telingaku walaupun aku sudah berjalan dengan cepat sekali tadi dan entah kenapa jantungku berdegup kencang seperti saat itu. Aku menarik napas lalu membuangnya untuk menghilangkan degupan jantungku yang semakin keras ini.
Aku mulai memikirkan hal lain. “Rio, rio? Sepertinya aku tidak asing dengan nama itu, tapi memangnya yang bernama Rio hanya dia? Tapi sepertinya aku memang pernah bertemu dengannya, hanya saja aku belum ingat itu” pikirku dalam hati sambil memasukki ruangan kelas yang seperti dugaanku, pelajarannya sudah dimulai .

******
Aku menghempaskan tubuhku ke tempat tidurku, “astaga hari ini melelahkan sekali, ditambah dengan bertemu pria itu, aku masih tidak habis pikir masih ada orang yang se-pede itu, memangnya dia pikir aku akan segampang itu menerimanya? Hah sombong sekali dia”.
“astaga kenapa aku masih memikirkan orang itu?” pikirku dalam hati “lupakan-lupakan kejadian itu, mungkin dia hanya bercanda, lagipula semuanya sudah selesai kan? Tapi.. tapi kenapa jantungku berdebar kencang saat dia mengucapkan kalimat itu?”.
Aku bangkit dari tempat tidur dan mulai mondar-mandir di kamarku “tidak-tidak ini bukan apa-apa, mana mungkin aku bisa menyukai pria sombong itu hanya dalam hitungan menit saja” ocehku.
“tenang Gita tenang, kamu tidak mungkin menyukainya” ucapku kepada diriku sendiri sambil menarik napas panjang “oke lupakan kejadian tadi, lupakan”.

****
Dua bulan kemudian.
Aku sudah berjanji dengan Rio bahwa kita akan bertemu di ruang praktik music hari ini, seperti biasa setiap hari sabtu aku selalu belajar memainkan piano di ruang praktik music dengan Rio. Aku sudah sangat dekat dengannya bagaikan kakak dan adik. Saat pertama kita bertemu aku mengira dia adalah sosok pria yang tidak menyenangkan dan ternyata aku salah dia adalah sosok pria yang sangat menyenangkan, juga sosok kakak yang baik.
Aku merasa akupun sudah mulai jatuh cinta dengannya, tapi perasaanku ini tidak mungkin terbalaskan olehnya, karna menurutku dia hanya mengganggapku sebagai seorang adik bukan sebagai seorang wanita.
Besok adalah hari pementasanku, aku akan mengikuti lomba piano seJABODETABEK, maka dari itu hari ini aku harus belajar dengan giat dengannya.
Aku mulai memasuki ruang praktik music tapi belum ada Rio disana “mungkin dia telat” pikirku.
Belum sempat aku duduk di kursi depan piano dia sudah datang dengan langkah tergesa-gesa dan napas yang ngos-ngosan “maaf aku telat” serunya sambil bersandar di depan pintu.
“tidak apa-apa kok, aku juga baru datang, kau kenapa ngos-ngosan? Seperti dikejar anjing saja” kataku.
Dia berjalan ke arahku “aku takut kamu marah kalau aku telat nanti, besok kan hari pementasanmu”.
“ohh karna itu, tidak lah, aku tidak akan marah, lagipula selama ini yang paling sering telat kan aku” seruku.
“iyasih, yaudah yukk kita mulai”.
****
Keesokan harinya.
Pagi-pagi sekali aku sudah berada di tempat pementasanku, aku sangat excited dengan hari ini, ini adalah pementasan pertamaku setelah belajar sekian lama dengan Rio, aku sadar aku sudah banyak berubah setelah belajar dengannya, permainan Pianoku juga semakin bagus, aku yakin aku bisa memenangi perlombaan ini.
“hey sudah siap?” sapa Rio membuyarkan lamunanku.
“hem yeah, tapi masih agak deg-degan” jawabku.
“tidak usah takut, aku akan selalu ada disini mendukungmu” lanjutnya sambil mengacak-acak rambutku.
“aduh rambutku” teriakku “kau tahu? Aku sudah berdandan untuk acara ini dari satu jam yang lalu, dan sekarang kau malah merusaknya” rengekku.
“maaf deh maaf, sini-sini aku benerin” serunya sambil menata lagi rambutku.
“Rio bagaimana ini, aku masih takut” seruku.
“pede saja, aku yakin kamu pasti bisa, kau kan kemarin sudah belajar dengan baik, dan kurasa permainan pianomu itu sudah sangat bagus, semangat Gita” tuturnya sambil menggenggam tanganku.
“aaa terima kasih yaa Rio, aku bukan apa-apa tampa kamu” seruku sambil memeluk Rio.
Acarapun sudah dimulai, aku menunggu di bangku penonton sampai  namaku dipanggil nanti. Aku memperhatikan para peserta lomba, mereka sangat terlihat bagus lalu apakah aku bisa melebihi mereka? Aku masih belum yakin dengan kemampuanku ini dibandingkan dengan mereka yang sudah tampil.
Akhirnya namakupun terpanggil, aku langsung naik ke atas panggung. Aku melirik ke arah Rio yang sedang meneriakki namaku dari bangku penonton, akupun tersenyum padanya dan mulai memainkan Piano.
“kau adalah sumber inspirasiku Rio” bisikku dalam hati.

***
Semua peserta sudah mengapresiasikan permainan Pianonya. Sekarang adalah waktunya untuk mengumumkan pemenang dari Lomba tersebut.
Aku sangat deg-degan saat itu, tidak lupa aku berdoa kepada tuhan agar aku dijadikan pemenang dalam perlombaan kali ini.
Tiba-tiba Rio mengenggam tanganku, aku menoleh kearahnya “jangan takut, kamu pasti menang” serunya sambil menyunggingkan senyum khasnya.
Akupun ikut tersenyum “makasih Rio”.
Tiba-tiba saja namaku dipanggil dan semua orang bertepuk tangan sambil  melihat ke arahku. “Ada apa? Kenapa namaku dipanggil?” Tanyaku pada Rio.
“kau menang Gita, kau menang juara 1” teriak Rio.
“serius? Ya tuhan terima kasih” akupun langsung naik ke panggung untuk menerima piala dan hadiah dari dewan juri.
“apakah ada kesan atau pesan yang ingin kau sampaikan kepada penonton di studio ini nona Gita” seru pembawa acara.
“ohh yaa, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Tuhan YMH yang sudah memberikanku kesempatan untuk memenangkan perlombaan ini, terima kasih juga kepada orang tua dan teman-temanku yang sudah mensupportku dan terima kasih banyak kepada Rio yang sudah mengajarkanku dan menjadi sumber inspirasiku selama ini, aku cinta kalian semua. Thank you” tuturku sambil menuruni panggung.
Aku berjalan mendekati Rio yang berada di bangku penonton “aaa Rio aku seneng banget” seruku sambil memeluknya dan diapun membalas pelukanku untuk pertama kalinya.
“aku ikut senang, sebagai hadiah dari kemenanganmu bagaimana kalau nanti malam kita dinner? Aku yang bayar” desis Rio.
“serius? Oke” jawabku mantap.
****
Tepat jam 7 lewat 15 menit Rio sudah sampai di depan rumahku untuk menjemputku. Akupun keluar rumah untuk menemuinya “tumben ngejemput?” tanyaku.
“tidak boleh? Yasudah aku pulang lagi”.
“ett” cegatku “begitu saja marah, yasudah aku izin ke orang tuaku dulu yaa” lanjutku.
“okee” jawabnya
2 menit kemudian aku sudah keluar rumah dan berjalan ke arah Rio “yukk berangkat, memangnya kita akan dinner dimana?” tanyaku
“ada deh” jawabnya singkat.
Satu jam kemudian kita sampai di tempat tujuan. Ternyata Rio mengajakku ke kafe yang ada banyak sekali alat musiknya, aku sangat senang.
Rio mengajakku untuk memainkan Piano di kafe ini, akupun menurut saja lagipula kapan lagi aku bisa seperti ini. Riopun duduk disebelahku menemaniku bermain Piano.
“aku mencintaimu” bisik Rio di telingaku.
Jantungku langsung berdegup kencang, aku sangat terkejut, jari-jariku yang sedang memetik pianopun langsung berhenti seketika. Aku menoleh ke arahnya.
Dia tersenyum memandangku, “ aku mencintaimu” bisik dia untuk kedua kalinya.
Aku tersenyum sambil memeluknya “ iya aku juga mencintai kamu Rio”
Tiba-tiba aku mengingat suatu hal, ternyata kejadian ini adalah mimpiku dihari pertama saat aku bertemu dengan Rio, iya aku ingat, ternyata wanita itu adalah aku dan pria tampan itu adalah Rio. Oh tuhan.


                                                                                THE END

Minggu, 24 Maret 2013

Failed Anniv Kita

Hay tuan! 
Perpisahan memang menyisahkan banyak kenangan, perpisahan memang menyakitkan, tapi begitulah hidup, disaat ada pertemuan dan perpisahanpun lambat laun akan datang. Tuan, dengan perpisahan kita aku menjadi tahu arti hidup dan cinta yang sebenarnya. Terima kasih karna sudah memberiku kenangan yang tidak akan aku lupakan, walaupun hanya sedikit yang dapat kukenang.
Tuan, Kamu berkata bahwa ada seseorang diluar sana yang bisa membuatku lebih bahagia dibanding denganmu, yeah mungkin suatu saat nanti orang itu akan muncul, tapi saat ini yang aku butuhkan hanya kamu. Aku sadar kalau aku terlalu egois karna menginginkan kamu, aku selalu menginginkan kamu untuk selalu memberi kabar untukku, mengirim pesan singkat setiap waktu, tapi apakah kamu tahu kalau itu adalah wujud dari perasaan sukaku padamu? Aku ingin tahu segala sesuatu yang sedang kau lakukan. Mungkin kamu sudah lelah dengan keegoisanku atau mungkin sudah ada seorang wanita diluar sana yang sudah mencuri hatimu dariku sehingga kamu dengan gampangnya berkata seperti itu, di hari istimewa kita.
Tuan, kamu masih menjadi topik hangat yang selalu kuperbincangkan dengan tuhan, iya, aku selalu membicarakanmu, aku  tidak pernah bosan untuk menyebut namamu dalam perbincanganku dengan tuhanku, kamu tahu tidak? Sebenarnya aku selalu menitipkanmu kepada tuhan, iya, disetiap doaku selalu ada namamu, aku selalu berharap agar kau baik-baik saja disana, agar kamu mendapatkan seorang kekasih yang kau damba-dambakan itu. Jangan, jangan kau hiraukan aku, aku disini selalu mendukung semua yang kau inginkan, termasuk seseorang yang sudah memasukki ruang lingkup kita dan menjadi sosok antagonis yang sudah menghancurkan hubungan kita, iya aku tidak apa-apa, dengan hanya mendoakanmu, dengan hanya memandangmu diam-diam itupun sudah cukup.
Tuan, Lama kita tak bertemu :’) padahal jarak diantara kita begitu dekat tapi kenapa pertemuan tidak pernah ada diantara kita, kenapa dewi fortuna tidak pernah memihak kepada kita? atau kau memang sengaja menghindar? Jangan tuan, aku merindukanmu, aku hanya ingin melihat sosokmu walaupun dari jauh, sungguh. Tuan, aku tidak pernah marah kepadamu, walaupun ada sedikit kekecewaan, tapi itu tidak akan mengurangi rasa sayangku kepadamu, sungguh. Jadi, janganlah kau menghindariku, jangan tuan, kumohon.
Tuan, bagaimana kabarmu? Ahh aku sudah tahu, kau pasti baik-baik saja karna aku selalu memantau aktivitasmu, aku selalu tahu karna aku tidak ingin tertinggal dari apapun tentang kamu. Karna aku selalu melihat kamu yang kutahu tidak pernah berfikir sedikitpun untuk melihatku.
Kamu, Tuan yang katanya ingin masuk ke Universitas Gunadarma, bagaimana persiapan kuliahmu? Sudah sukseskah? Semoga kita lulus tahun ini bersama-sama dengan nilai yang kita harapkan, aku akan melanjutkan ke Universitas Indonesia doakan aku yahh, semoga kita bisa masuk ke universitas impian kita masing-masing. Tanpa kau mintapun aku akan selalu mendoakanmu.
Tuan, kau tahu? Aku masih ingat janji-janji kita dulu, mungkin kamu sudah lupa aku juga tidak mengharapkan apapun darimu, aku tidak akan menagih janji-janji itu, sungguh. Hanya saja janji-janji itu sering terlintas difikiranku, aku hanya ingin kau mengetahui ini, itu saja cukup. Terima kasih sudah memberiku sebuah janji yang tidak kau tepati, terima kasih sudah membuatku mempercayainya.
Tuan, bagaimana dengan wanita impianmu itu?? Sudah sukses mendapatkannyakah? Kau tahu? Aku disini selalu mendukungmu, aku selalu penasaran dengan sosok yang kau damba-dambakan itu, Seberapa cantiknyakah ia? Sampai kau rela membuangku seenaknya dihari istimewa kita? Sudahlah jangan kau pikirkan perasaanku, aku disini sudah cukup mengerti.
Tuan, entah kenapa dihari istimewa kita ini tiba-tiba aku merindukanmu! </3