Hari ini, Senin 9 September 2013, hari yang cerah dengan
semangat baru yang menggebu-gebu, hari yang terbilang cukup menyenangkan
bagiku. Karna di hari ini aku mendapat teman-teman baru, mempunyai Kelas baru,
dan yang paling penting hari ini adalah hari dimana aku mendapat predikat
sebagai seorang Mahasiswa Baru.
Hari pertama menjadi seorang Mahasiswa memang terasa sangat
berbeda untukku. Dulu saat aku masih SMA biasanya aku berangkat sekolah jam 6.30
pagi namun sekarang aku berangkat dari jam 5.30 pagi, betapa terasa berbedanya
antara menjadi siswa biasa dengan menjadi seorang mahasiswa.
Akupun sampaisaat
ini masih tidak percaya bahwa aku sudah menjadi seorang Mahasiswa. Padahal aku
merasa bahwa kemarin aku baru saja lulus dari bangku sekolah dasar dan masih
bermain-main bersama teman dengan menggunakan sepeda yang ada keranjangnya di
depan, masih bermain petak umpet dengan teman rumahku. Tapi pada kenyataannya
ternyata semua itu sudah berlalu sejak lama dan aku merasa bahwa waktu berjalan
sangat cepat sampai aku tidak sadar bahwa aku sekarang bukan seorang anak-anak
yang kerjaannya hanya bermain saja.
Terkadang aku rindu masa-masa kanak-kanak yang tidak
mempunyai beban sama sekali, aku rindu bermain bersama teman-teman rumahku,
bermain sepeda dengan teman sekolahku, bermain di taman dekat rumah, betapa
semuanya terasa menyenangkan untukku. Terkadang aku juga ingin kembali ke masa
itu, ketika aku masih bisa bermain tanpa mengenal rasa malu.
Sekarang aku sudah dalam masa menuju kedewasaan, aku harus belajar
dengan rajin agar cita-citaku tercapai, tidak ada main-main dan bermalas-malasan
lagi. Sekarang aku harus maju demi membanggakan Ibu dan Bapakku yang sudah
membiayai sekolahku dari TK sampai sekarang. Aku berjanji dari lubuk hatiku
yang terdalam bahwa aku akan sukses dan membuat orang tuaku bahagia.
Aku berada di kelas Reguler B yang terdiri dari sekitar 39
Mahasiswa. Jujur sih aku belum cukup mengenal semua yang berada di kelasku ini,
karna dari yang kulihat siswa yang berada di kelasku rata-rata bersifat pendiam.
Jadi, susah untuk diajak mengobrol ataupun hanya untuk sekedar berkenalan. Tapi
aku rasa mereka semua cukup baik menurutku.
Hari pertama ini kelasku sudah menentukan ketua tingkat yang
tidak lain adalah teman dekatku semasa Mos, dan itupun karna aku yang
memilihnya. Jujur, aku memang tidak adil karna saat itu aku juga dipilih
menjadi seorang sekertaris namun aku nekat dan kokoh untuk tidak menyetujuinya,
jadi pada akhirnya aku tidak menjadi pengurus kelas seperti yang kuharapkan. Karna
menurutku menjadi pengurus kelas itu sangat merepotkan, aku lebih memilih
menjadi Mahasiswa biasa yang mengikuti UKM Jurnalistik daripada menjadi
pengurus kelas. Aku berniat masuk UKM Jurnalistik karna menurutku itu adalah sebuah
tantangan baru untukku yang sangat suka menulis ini.
Hari perdana ini dibuka oleh Dosen Radiofotografi, namanya
Drs. Win Priantoro. Dms. Beliau orangnya baik dan cukup lucu menurutku, tapi
aku tidak tahu kalau menurut teman-temanku. Pertemuan pertama kami hanya
melakukan perkenalan saja dan Tanya jawab seputar Radiofotografi, akupun sempat
bertanya beberapa hal kepada beliau dan asistennya yang bernama Mahfuz SST.
Jam terakhir setelah istirahat diisi oleh Dosen Agama Islam
yang bernama Yayan Widyanto, beliau seorang Radiografer di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo Jakarta, beliau juga seorang President Directur di salah satu
perusahaan yang bekerja di bidang alat elektronika. Beliau orangnya cukup ramah
menurutku dan dari penglihatanku dia sangat baik kepada nilai. Aku suka tipe
guru yang seperti ini, karna menurutku buat apasih pelit terhadap nilai? Tidak ada
untungnya juga kan untuk guru itu sendiri?.
Itulah pengalaman kuliah perdanaku hari ini, sedikit
menyenangkan sih menurutku dan merupakan satu pengalaman baru untukku, semoga
hari-hari berikutnya berjalan dengan lancar dan aku bisa mengerjakan berbagai
tugas yang kutahu sangat banyak itu dengan baik dan benar. Aku berharap hari
esok akan lebih baik dari hari ini. amiin.
Masih tentang kamu tuan yang hadirnya selalu ada di dalam
mimpiku. Masih tentang kamu tuan yang kehadirannya selalu menjadi moodboster
untukku. Masih tentang kamu tuan yang wajahnya selalu datang di dalam bayang-bayang
indahku.
Tolong jangan tanya kenapa aku selalu menjadikanmu tokoh
utama untuk melengkapi semua tulisan-tulisanku. Jangan tanya kenapa aku masih
menjadikanmu satu-satunya pria yang mengisi kekosongan hatiku. Jangan tanya kenapa
aku tidak bisa melupakanmu. Karna sungguh, aku tidak mempunyai jawabannya.
Haruskah aku membuktikan segalanya? Haruskah aku membuktikan
seberapa besar rinduku padamu? Seberapa besar rasa sayangku padamu? Seberapa besar
ketakutanku untuk berada jauh darimu?. Perlukah aku berkorban? Haruskah aku
berkorban jika seseorang yang aku perjuangkan tidak sama sekali
memperdulikanku?.
Haruskah aku berterus terang padamu jika aku menginginkanmu
kembali? Haruskah aku merendahkan diriku untuk mendapatkan perhatianmu?.
Apakah kamu tahu betapa sakitnya hatiku saat kau tidak
memperdulikanku? Apakah kau tahu kode-kode yang selalu kutunjukkan untukmu? Setiap
kode yang aku tunjukkan kepadamu semata-mata hanya untuk mendapatkan
perhatianmu, tapi apa reaksimu? Nol, kamu sama sekali masih tidak
memperdulikanku.
Aku menulis ini sama sekali tidak untuk memojokkanmu, aku
menulis ini sama sekali tidak untuk membuatmu merasa bersalah, tapi aku menulis
ini hanya untuk membuatmu tahu bahwa aku disini peduli padamu, bahwa aku disini
menginginkan kebersamaan kita yang dulu, bahwa aku disini menantikan sebuah
sapaan singkat darimu.
Ingatkah kamu celotehan yang selalu kulontarkan hanya untuk
membuat kau tersenyum? Ingatkah kamu sapaan renyahku yang kutunjukkan hanya
untuk membangunkanmu dari tidurmu? Ingatkah kamu saat-saat kita buka puasa
bersama? Ingatkah kamu saat aku mengingatkanmu untuk selalu mengingat allah dan
menjalankan semua perintahnya? Ingatkah kamu saat aku memperingatkanmu untuk
tidak merokok dan mendeskripsikan akibat-akibatnya? Ingatkah kamu saat aku
menginginkanmu untuk menjadi calon imamku? Ingatkah kamu saat kita tertawa
bersama dan saling mengeluarkan candaan yang aku rasa tidak terlalu lucu namun
selalu membuat kita tertawa? Ingatkah kamu saat kita saling bertukar cerita
tentang kehidupan di sekolah kita masing-masing?. Ingatkah kamu semua itu?.
Jangan bertanya padaku, karna aku pasti masih mengingat itu
semua. Semuanya masih terekam sangat jelas di dalam memory otakku. Masih selalu
muncul di dalam mimpi-mimpiku. Masih selalu hadir di dalam setiap lamunanku.
Sekali lagi tuan, aku hanya ingin kau tahu arti dari semua
rasa sakit di dalam diriku, aku hanya ingin kau melihat ku kembali.
Wanita itu sedang memainkan Piano dengan seorang
pria tampan disampingnya, mereka terlihat sangat akrab, terlihat senyum tawa
yang terlintas di bibir mereka, mereka terlihat sebagai sepasang kekasih yang
sangat bahagia. “iya, aku mencintai kamu Rio” seru wanita itu.
“Treng tereng tereng” jam
wekerku berbunyi.
Ohh ternyata tadi itu
hanya mimpi, mimpi yang sangat indah, aku ingin sekali menjadi wanita itu, dan
pria yang berada di sampingnya sangat tampan sekali, siapapun pasti
menginginkan untuk menjadi kekasihnya.
Matahari sudah
menampakkan cahaya jingganya ketika aku baru bangun dari tidurku, Aku langsung mandi dan membereskan
semua perlengkapan sekolahku, hari ini aku ada jam extrakulikuler sepulang
sekolah, jadi aku harus membawa bekal untukku makan sepulang sekolah nanti.
Karna aku tidak mungkin pulang ke rumah lalu balik lagi ke tempat
extrakulikulerku.
Oh ya aku sampai lupa. Namaku Anggita Fairuz Kamil,
aku ingat orang tuaku pernah berkata bahwa mereka memberikan namaku itu bahwa
agar aku menjadi anak yang cantik seperi batu permata yang indah. Teman-temanku
biasa memanggilku Gita. Aku tidak populer di sekolahku, aku hanya seorang siswi
biasa yang pintar memainkan piano, aku tidak bermaksud sombong aku hanya ingin
membagi kebahagiaanku karna aku sudah memenangi beberapa perlombaan yang sering
aku ikuti, wajarlah kalau aku bahagia.
*****
Sepulang sekolah aku langsung beranjak ketempatku
les Piano, sesampainya disana belum ada satu orangpun yang datang. Sambil
menunggu beberapa teman datang, aku duduk di bangku depan kelas musikku,
tiba-tiba terdengar alunan musik yang kutahu adalah berasal dari piano di ruang
praktek. Alunan musik ini sungguh indah, aku sangat terpesona dengan alunan
musik ini dan jantungku entah kenapa seperti tersengat aliran listrik 700
knolt. Astaga apakah aku jatuh cinta pada alunan musik ini?. Musik ini sangat
merdu, semua orang yang mendengarnyapun pasti sangat terpesona. Kurasa aku
memang jatuh cinta dengan musik ini.
Aku sangat penasaran dengan seseorang yang sedang
memainkan piano itu, apakah dia pianis terkenal seperti: Maksim Mrvica, Mike
Nock atau Vanesa Mey?.
Aku tidak menyadari pergerakan di kakiku, aku baru
sadar saat aku sudah sampai di depan ruang praktek dengan berada di ambang
pintu yang sudah kubuka dan memandang kepada sosok mengagumkan yang sedari tadi
memainkan piano yang sudah membuatku seperti terhipnotis olehnya.
Aku terperanjat, mataku dan matanya bertemu, astaga
dia menatapku.
“kau siapa?” sapa orang itu padaku sedangkan bibirku
terkunci rapat
Aku masih terdiam membeku memandangi sosok yang
wajahnya terasa tidak asing bagiku, matanya, bibirnya, dagunya, hidungnya
terasa sangat ku kenal, tapi entahlah aku masih tidak ingat bertemu dimana
dengannya. Wajahnya sangat tampan, terlihat darah india di wajah dan kelopak
matanya, mataku tidak berkedip sekalipun, dan terus memandangnya, aku masih
mengingat-ingat siapa dia sebenarnya.
“astaga, kenapa aku jadi seperti ini? Memandangi
seorang pria yang sama sekali tidak kukenal dengan ekspresi wajah yang ahh
memalukan, harus ditaruh dimana wajahku ini?” gerutuku dalam hati
“hey, punya mulut tidak, kau ini siapa?” tanya pria
itu sekali lagi.
Aku masih memandangi wajahnya tanpa menghiraukan
pertanyaannya, aku sangat yakin jikalau aku pernah bertemu dengan pria ini,
tapi dimana?
“gagu ya?” tanyanya lagi
Aku terperanjat, berani-beraninya dia mengataiku
gagu, memangnya dia siapa? Aku tidak bisa diam saja “heh bisa di jaga nggak sih
omongannya, gak sopan” jawabku sambil memalingkan wajahku darinya.
“ohh ternyata bisa bicara juga, kukira gagu”
lanjutnya
Hhh dasar pria sombong, mentang-mentang permainan
pianonya bagus jadi besar kepala dia. Ahh sudahlah, tidak penting berurusan
dengan pria sombong seperti itu, mending aku balik saja ke kelas musikku,
sepertinya sudah banyak yang datang.
Aku berbalik menghadap pintu dan siap-siap berjalan
keluar dari ruang kelas praktek ini.
“hey mau kemana kamu? Urusan kita belum selesai”
serunya
“hah? Urusan apa ya? Seingatku kita tidak punya
urusan apapun” jawabku tanpa berbalik memandangnya
“kau belum menjawab pertanyaanku yang tadi”
sambungnya
“emm pertanyaan apa yah? Aku tidak ingat tuh”
jawabku
“kau siapa?” singkatnya
“ohh yang itu, emm penting banget memangnya?”
“ya penting sekali, karna aku tidak ingin kau
membocorkan rahasia permainan pianoku ini kepada siapapun” jawabnya
Aku terdiam beberapa detik.
“hah itu rahasia? Memangnya untuk apa dirahasiakan?
permainan pianomu itu bagus sekali loh” ups keceplosan, duh gimana ini? Kalau
dia berfikiran yang macam-macam bagaimana? Aku harus beralasan apa? “emm
maksdudku permainan pianomu itu lumayan bagus buat pemula sepertimu” sambungku
“sudahlah, jujur saja kalau permainan pianoku ini
bagus, memang aku sudah menyadari itu” lanjutnya
“ya ya ya, memang untuk apa kau merahasiakannya?”
tanyaku sambil membalikkan tubuhku dan memandangnya
“emm penting banget memangnya?” serunya
“hhh kau meng-copy kata-kataku, tidak kreativ nih,
lalu untuk apa kau merahasiakannya?” lanjutku
Aku penasaran, untuk apa dia merahasiakan hal itu
kepada siapapun, bukannya seharusnya itu hal yang patut dibanggakan?
“haha, ya pokoknya itu rahasia, kau tidak boleh
membocorkannya kepada siapapun” jawabnya
“lalu kalau aku rahasiakan itu, kau akan
memberikanku apa?” tawarku
“hah? Pamrih sekali kau ini” kagetnya
“haha habisnya sayang sekali kalau kemahiran bermain
pianomu itu harus dirahasiakan”
“oke aku akan mengajarkanmu bermain piano jika kau
mau berjanji bahwa kau tidak akan membocorkan rahasiaku ini”
“mengajariku? Sok pintar sekali kau, umur kita
paling tidak hanya beda satu atau dua tahun lalu kau dengan sombongnya ingin
mengajariku? Memangnya kau tidak tahu? aku ini sering memenangi lomba bermain
piano” tuturku
Tapi memang kuakui sih dia jauh lebih hebat dariku,
tapi apa iya aku harus menerima tawarannya?
“hem yasudah kalau kau tidak mau kau tidak boleh
keluar dari tempat ini” jawabnya sambil berjalan ke arah pintu dan menutupnya
“oh jadi kau mengancam?” Aku tidak takut jawabku,
“sialan dia berani sekali mengancamku” bentakku dalam hati
“wah wah wah berani sekali wanita ini, lalu kalau
aku menjadi pacarmu bagaimana?”
“lalu kalau kau
menjadi pacarku bagaiman?” ucapnya
Deg, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, ada apa
ini? Tidak biasanya aku seperti ini, astaga wajahku pasti memerah saat ini dan
kenapa suaraku tidak bisa keluar?.
Aku membalikkan tubuhku membelakanginya dan Aku mulai
menarik napas panjang lalu membuangnya, aku lakukan itu berulang kali sampai
aku merasa tenang dan bisa mengeluarkan suara lagi.
Aku membalikkan tubuhku “a--apa? Me--menjadi pacarmu?
Membayangkannya saja aku tidak pernah” jawabku terbata-bata sambil membenarkan
rambutku yang terurai.
Dia kembali ke tempat duduknya yang berada di depan piano
“lalu maumu apa?” tanyanya sambil duduk kembali
Aku berfikir sejenak sambil mendekatinya “emm bagaimana
kalau kau mengajariku memainkan piano” aku terdiam sejenak “sampai aku
terkenal” jawabku sambil duduk disebelahnya.
Jantungku masih berdegup kencang tapi tak sekencang
degupanku tadi , tapi aku yakin dia tidak akan mendengar degupan jantungku ini
walau kita duduk bersebelahan.
“sampai kau terkenal? Memangnya kau Pikir aku tidak ada
pekerjaan lain?” lanjutnya
“yasudah kalau kau tidak mau, aku juga tidak memaksa dan
soal rahasiamu emm sepertinya aku tidak yakin kalau rahasiamu akan aman”
jawabku sambil bangkit dari tempat duduk.
“eh tunggu” panggilnya
Aku tersenyum kecut sambil berteriak dalam hati ‘yes kau kalah haha memangnya bisa dengan
mudahnya mempermainkan seorang Gita? Aku berani bertaruh bahwa kau akan
menerima tawaranku itu’ sedetik kemudian aku menoleh kearahnya “ya, apa?”
tanyaku
“oke-oke aku kalah” jawabnya sambil mengangkat tangan,
Aku tersenyum penuh kemenangan “lalu?” tanyaku lagi
“aku akan mengajarimu bermain piano” jawabnya dengan nada
tinggi
“sampai aku terkenal?” sambungku
“ya, sampai kau terkenal, puas?” tanyanya
“sangat puas haha” aku tertawa sambil berjalan ke arahnya
lagi “jadi.. kita deal?” tanyaku sambil menjulurkan tangan
“deal” serunya sambil menjabat tanganku.
Seperti ada aliran listrik 700 knolt yang menjalar dari
tangannya ke tanganku.
Kita terdiam sejenak dan mulai saling melepaskan genggaman
tangan “oke aku kembali ke kelas musikku dulu, sepertinya sudah dimulai dan aku
pasti terlambat” aku berjalan mendekati pintu keluar “dan kalau sampai
terlambat, itu semua gara-gara kau” aku menoleh sedikit ke arahnya dan mulai
berjalan kembali.
“tunggu” sergahnya “Bukankah kita belum berkenalan? Namaku
Rio, kalau kamu?” tanyanya.
Aku berhenti “aku Gita” jawabku tanpa membalikkan tubuhku
dan aku mulai berjalan lagi.
“oke Gita senang bisa berkenalan denganmu” teriaknya.
Teriakkannya masih terdengar di telingaku walaupun aku sudah
berjalan dengan cepat sekali tadi dan entah kenapa jantungku berdegup kencang
seperti saat itu. Aku menarik napas lalu membuangnya untuk menghilangkan
degupan jantungku yang semakin keras ini.
Aku mulai memikirkan hal lain. “Rio, rio? Sepertinya aku
tidak asing dengan nama itu, tapi memangnya yang bernama Rio hanya dia? Tapi
sepertinya aku memang pernah bertemu dengannya, hanya saja aku belum ingat itu”
pikirku dalam hati sambil memasukki ruangan kelas yang seperti dugaanku,
pelajarannya sudah dimulai .
******
Aku menghempaskan tubuhku ke tempat tidurku, “astaga hari
ini melelahkan sekali, ditambah dengan bertemu pria itu, aku masih tidak habis
pikir masih ada orang yang se-pede itu, memangnya dia pikir aku akan segampang
itu menerimanya? Hah sombong sekali dia”.
“astaga kenapa aku masih memikirkan orang itu?” pikirku
dalam hati “lupakan-lupakan kejadian itu, mungkin dia hanya bercanda, lagipula
semuanya sudah selesai kan? Tapi.. tapi kenapa jantungku berdebar kencang saat
dia mengucapkan kalimat itu?”.
Aku bangkit dari tempat tidur dan mulai mondar-mandir di
kamarku “tidak-tidak ini bukan apa-apa, mana mungkin aku bisa menyukai pria
sombong itu hanya dalam hitungan menit saja” ocehku.
“tenang Gita tenang, kamu tidak mungkin menyukainya” ucapku
kepada diriku sendiri sambil menarik napas panjang “oke lupakan kejadian tadi,
lupakan”.
****
Dua bulan kemudian.
Aku sudah berjanji dengan Rio bahwa kita akan bertemu di
ruang praktik music hari ini, seperti biasa setiap hari sabtu aku selalu
belajar memainkan piano di ruang praktik music dengan Rio. Aku sudah sangat
dekat dengannya bagaikan kakak dan adik. Saat pertama kita bertemu aku mengira
dia adalah sosok pria yang tidak menyenangkan dan ternyata aku salah dia adalah
sosok pria yang sangat menyenangkan, juga sosok kakak yang baik.
Aku merasa akupun sudah mulai jatuh cinta dengannya, tapi
perasaanku ini tidak mungkin terbalaskan olehnya, karna menurutku dia hanya
mengganggapku sebagai seorang adik bukan sebagai seorang wanita.
Besok adalah hari pementasanku, aku akan mengikuti lomba
piano seJABODETABEK, maka dari itu hari ini aku harus belajar dengan giat
dengannya.
Aku mulai memasuki ruang praktik music tapi belum ada Rio
disana “mungkin dia telat” pikirku.
Belum sempat aku duduk di kursi depan piano dia sudah datang
dengan langkah tergesa-gesa dan napas yang ngos-ngosan “maaf aku telat” serunya
sambil bersandar di depan pintu.
“tidak apa-apa kok, aku juga baru datang, kau kenapa
ngos-ngosan? Seperti dikejar anjing saja” kataku.
Dia berjalan ke arahku “aku takut kamu marah kalau aku telat
nanti, besok kan hari pementasanmu”.
“ohh karna itu, tidak lah, aku tidak akan marah, lagipula
selama ini yang paling sering telat kan aku” seruku.
“iyasih, yaudah yukk kita mulai”.
****
Keesokan harinya.
Pagi-pagi sekali aku sudah berada di tempat pementasanku,
aku sangat excited dengan hari ini, ini adalah pementasan pertamaku setelah
belajar sekian lama dengan Rio, aku sadar aku sudah banyak berubah setelah
belajar dengannya, permainan Pianoku juga semakin bagus, aku yakin aku bisa
memenangi perlombaan ini.
“hey sudah siap?” sapa Rio membuyarkan lamunanku.
“hem yeah, tapi masih agak deg-degan” jawabku.
“tidak usah takut, aku akan selalu ada disini mendukungmu”
lanjutnya sambil mengacak-acak rambutku.
“aduh rambutku” teriakku “kau tahu? Aku sudah berdandan
untuk acara ini dari satu jam yang lalu, dan sekarang kau malah merusaknya”
rengekku.
“maaf deh maaf, sini-sini aku benerin” serunya sambil menata
lagi rambutku.
“Rio bagaimana ini, aku masih takut” seruku.
“pede saja, aku yakin kamu pasti bisa, kau kan kemarin sudah
belajar dengan baik, dan kurasa permainan pianomu itu sudah sangat bagus,
semangat Gita” tuturnya sambil menggenggam tanganku.
“aaa terima kasih yaa Rio, aku bukan apa-apa tampa kamu”
seruku sambil memeluk Rio.
Acarapun sudah dimulai, aku menunggu di bangku penonton
sampainamaku dipanggil nanti. Aku
memperhatikan para peserta lomba, mereka sangat terlihat bagus lalu apakah aku
bisa melebihi mereka? Aku masih belum yakin dengan kemampuanku ini dibandingkan
dengan mereka yang sudah tampil.
Akhirnya namakupun terpanggil, aku langsung naik ke atas
panggung. Aku melirik ke arah Rio yang sedang meneriakki namaku dari bangku
penonton, akupun tersenyum padanya dan mulai memainkan Piano.
“kau adalah sumber inspirasiku Rio” bisikku dalam hati.
***
Semua peserta sudah mengapresiasikan permainan Pianonya.
Sekarang adalah waktunya untuk mengumumkan pemenang dari Lomba tersebut.
Aku sangat deg-degan saat itu, tidak lupa aku berdoa kepada
tuhan agar aku dijadikan pemenang dalam perlombaan kali ini.
Tiba-tiba Rio mengenggam tanganku, aku menoleh kearahnya
“jangan takut, kamu pasti menang” serunya sambil menyunggingkan senyum khasnya.
Akupun ikut tersenyum “makasih Rio”.
Tiba-tiba saja namaku dipanggil dan semua orang bertepuk
tangan sambilmelihat ke arahku. “Ada
apa? Kenapa namaku dipanggil?” Tanyaku pada Rio.
“kau menang Gita, kau menang juara 1” teriak Rio.
“serius? Ya tuhan terima kasih” akupun langsung naik ke
panggung untuk menerima piala dan hadiah dari dewan juri.
“apakah ada kesan atau pesan yang ingin kau sampaikan kepada
penonton di studio ini nona Gita” seru pembawa acara.
“ohh yaa, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Tuhan
YMH yang sudah memberikanku kesempatan untuk memenangkan perlombaan ini, terima
kasih juga kepada orang tua dan teman-temanku yang sudah mensupportku dan
terima kasih banyak kepada Rio yang sudah mengajarkanku dan menjadi sumber
inspirasiku selama ini, aku cinta kalian semua. Thank you” tuturku sambil
menuruni panggung.
Aku berjalan mendekati Rio yang berada di bangku penonton
“aaa Rio aku seneng banget” seruku sambil memeluknya dan diapun membalas
pelukanku untuk pertama kalinya.
“aku ikut senang, sebagai hadiah dari kemenanganmu bagaimana
kalau nanti malam kita dinner? Aku yang bayar” desis Rio.
“serius? Oke” jawabku mantap.
****
Tepat jam 7 lewat 15 menit Rio sudah sampai di depan rumahku
untuk menjemputku. Akupun keluar rumah untuk menemuinya “tumben ngejemput?”
tanyaku.
“tidak boleh? Yasudah aku pulang lagi”.
“ett” cegatku “begitu saja marah, yasudah aku izin ke orang
tuaku dulu yaa” lanjutku.
“okee” jawabnya
2 menit kemudian aku sudah keluar rumah dan berjalan ke arah
Rio “yukk berangkat, memangnya kita akan dinner dimana?” tanyaku
“ada deh” jawabnya singkat.
Satu jam kemudian kita sampai di tempat tujuan. Ternyata Rio
mengajakku ke kafe yang ada banyak sekali alat musiknya, aku sangat senang.
Rio mengajakku untuk memainkan Piano di kafe ini,
akupun menurut saja lagipula kapan lagi aku bisa seperti ini. Riopun duduk
disebelahku menemaniku bermain Piano.
“aku mencintaimu” bisik Rio di telingaku.
Jantungku langsung berdegup kencang, aku sangat
terkejut, jari-jariku yang sedang memetik pianopun langsung berhenti seketika.
Aku menoleh ke arahnya.
Dia tersenyum memandangku, “ aku mencintaimu” bisik
dia untuk kedua kalinya.
Aku tersenyum sambil memeluknya “ iya aku juga
mencintai kamu Rio”
Tiba-tiba aku mengingat suatu hal, ternyata kejadian
ini adalah mimpiku dihari pertama saat aku bertemu dengan Rio, iya aku ingat,
ternyata wanita itu adalah aku dan pria tampan itu adalah Rio. Oh tuhan.
Perpisahan memang menyisahkan banyak kenangan, perpisahan
memang menyakitkan, tapi begitulah hidup, disaat ada pertemuan dan
perpisahanpun lambat laun akan datang. Tuan, dengan perpisahan kita aku menjadi
tahu arti hidup dan cinta yang sebenarnya. Terima kasih karna sudah memberiku
kenangan yang tidak akan aku lupakan, walaupun hanya sedikit yang dapat
kukenang.
Tuan, Kamu berkata bahwa ada seseorang diluar sana yang bisa
membuatku lebih bahagia dibanding denganmu, yeah mungkin suatu saat nanti orang
itu akan muncul, tapi saat ini yang aku butuhkan hanya kamu. Aku sadar kalau
aku terlalu egois karna menginginkan kamu, aku selalu menginginkan kamu untuk
selalu memberi kabar untukku, mengirim pesan singkat setiap waktu, tapi apakah
kamu tahu kalau itu adalah wujud dari perasaan sukaku padamu? Aku ingin tahu
segala sesuatu yang sedang kau lakukan. Mungkin kamu sudah lelah dengan
keegoisanku atau mungkin sudah ada seorang wanita diluar sana yang sudah
mencuri hatimu dariku sehingga kamu dengan gampangnya berkata seperti itu, di
hari istimewa kita.
Tuan, kamu masih menjadi topik hangat yang selalu kuperbincangkan
dengan tuhan, iya, aku selalu membicarakanmu, akutidak pernah bosan untuk menyebut namamu
dalam perbincanganku dengan tuhanku, kamu tahu tidak? Sebenarnya aku selalu
menitipkanmu kepada tuhan, iya, disetiap doaku selalu ada namamu, aku selalu
berharap agar kau baik-baik saja disana, agar kamu mendapatkan seorang kekasih
yang kau damba-dambakan itu. Jangan, jangan kau hiraukan aku, aku disini selalu
mendukung semua yang kau inginkan, termasuk seseorang yang sudah memasukki
ruang lingkup kita dan menjadi sosok antagonis yang sudah menghancurkan
hubungan kita, iya aku tidak apa-apa, dengan hanya mendoakanmu, dengan hanya
memandangmu diam-diam itupun sudah cukup.
Tuan, Lama kita tak bertemu :’) padahal jarak diantara kita
begitu dekat tapi kenapa pertemuan tidak pernah ada diantara kita, kenapa dewi
fortuna tidak pernah memihak kepada kita? atau kau memang sengaja menghindar?
Jangan tuan, aku merindukanmu, aku hanya ingin melihat sosokmu walaupun dari
jauh, sungguh. Tuan, aku tidak pernah marah kepadamu, walaupun ada sedikit
kekecewaan, tapi itu tidak akan mengurangi rasa sayangku kepadamu, sungguh.
Jadi, janganlah kau menghindariku, jangan tuan, kumohon.
Tuan, bagaimana kabarmu? Ahh aku sudah tahu, kau pasti
baik-baik saja karna aku selalu memantau aktivitasmu, aku selalu tahu karna aku
tidak ingin tertinggal dari apapun tentang kamu. Karna aku selalu melihat kamu
yang kutahu tidak pernah berfikir sedikitpun untuk melihatku.
Kamu, Tuan yang katanya ingin masuk ke Universitas
Gunadarma, bagaimana persiapan kuliahmu? Sudah sukseskah? Semoga kita lulus
tahun ini bersama-sama dengan nilai yang kita harapkan, aku akan melanjutkan ke
Universitas Indonesia doakan aku yahh, semoga kita bisa masuk ke universitas
impian kita masing-masing. Tanpa kau mintapun aku akan selalu mendoakanmu.
Tuan, kau tahu? Aku masih ingat janji-janji kita dulu,
mungkin kamu sudah lupa aku juga tidak mengharapkan apapun darimu, aku tidak
akan menagih janji-janji itu, sungguh. Hanya saja janji-janji itu sering
terlintas difikiranku, aku hanya ingin kau mengetahui ini, itu saja cukup.
Terima kasih sudah memberiku sebuah janji yang tidak kau tepati, terima kasih
sudah membuatku mempercayainya.
Tuan, bagaimana dengan wanita impianmu itu?? Sudah sukses
mendapatkannyakah? Kau tahu? Aku disini selalu mendukungmu, aku selalu
penasaran dengan sosok yang kau damba-dambakan itu, Seberapa cantiknyakah ia?
Sampai kau rela membuangku seenaknya dihari istimewa kita? Sudahlah jangan kau
pikirkan perasaanku, aku disini sudah cukup mengerti.
Tuan, entah kenapa dihari istimewa kita ini tiba-tiba aku
merindukanmu! </3