Wanita itu sedang memainkan Piano dengan seorang
pria tampan disampingnya, mereka terlihat sangat akrab, terlihat senyum tawa
yang terlintas di bibir mereka, mereka terlihat sebagai sepasang kekasih yang
sangat bahagia. “iya, aku mencintai kamu Rio” seru wanita itu.
“Treng tereng tereng” jam
wekerku berbunyi.
Ohh ternyata tadi itu
hanya mimpi, mimpi yang sangat indah, aku ingin sekali menjadi wanita itu, dan
pria yang berada di sampingnya sangat tampan sekali, siapapun pasti
menginginkan untuk menjadi kekasihnya.
Matahari sudah
menampakkan cahaya jingganya ketika aku baru bangun dari tidurku, Aku langsung mandi dan membereskan
semua perlengkapan sekolahku, hari ini aku ada jam extrakulikuler sepulang
sekolah, jadi aku harus membawa bekal untukku makan sepulang sekolah nanti.
Karna aku tidak mungkin pulang ke rumah lalu balik lagi ke tempat
extrakulikulerku.
Oh ya aku sampai lupa. Namaku Anggita Fairuz Kamil,
aku ingat orang tuaku pernah berkata bahwa mereka memberikan namaku itu bahwa
agar aku menjadi anak yang cantik seperi batu permata yang indah. Teman-temanku
biasa memanggilku Gita. Aku tidak populer di sekolahku, aku hanya seorang siswi
biasa yang pintar memainkan piano, aku tidak bermaksud sombong aku hanya ingin
membagi kebahagiaanku karna aku sudah memenangi beberapa perlombaan yang sering
aku ikuti, wajarlah kalau aku bahagia.
*****
Sepulang sekolah aku langsung beranjak ketempatku
les Piano, sesampainya disana belum ada satu orangpun yang datang. Sambil
menunggu beberapa teman datang, aku duduk di bangku depan kelas musikku,
tiba-tiba terdengar alunan musik yang kutahu adalah berasal dari piano di ruang
praktek. Alunan musik ini sungguh indah, aku sangat terpesona dengan alunan
musik ini dan jantungku entah kenapa seperti tersengat aliran listrik 700
knolt. Astaga apakah aku jatuh cinta pada alunan musik ini?. Musik ini sangat
merdu, semua orang yang mendengarnyapun pasti sangat terpesona. Kurasa aku
memang jatuh cinta dengan musik ini.
Aku sangat penasaran dengan seseorang yang sedang
memainkan piano itu, apakah dia pianis terkenal seperti: Maksim Mrvica, Mike
Nock atau Vanesa Mey?.
Aku tidak menyadari pergerakan di kakiku, aku baru
sadar saat aku sudah sampai di depan ruang praktek dengan berada di ambang
pintu yang sudah kubuka dan memandang kepada sosok mengagumkan yang sedari tadi
memainkan piano yang sudah membuatku seperti terhipnotis olehnya.
Aku terperanjat, mataku dan matanya bertemu, astaga
dia menatapku.
“kau siapa?” sapa orang itu padaku sedangkan bibirku
terkunci rapat
Aku masih terdiam membeku memandangi sosok yang
wajahnya terasa tidak asing bagiku, matanya, bibirnya, dagunya, hidungnya
terasa sangat ku kenal, tapi entahlah aku masih tidak ingat bertemu dimana
dengannya. Wajahnya sangat tampan, terlihat darah india di wajah dan kelopak
matanya, mataku tidak berkedip sekalipun, dan terus memandangnya, aku masih
mengingat-ingat siapa dia sebenarnya.
“astaga, kenapa aku jadi seperti ini? Memandangi
seorang pria yang sama sekali tidak kukenal dengan ekspresi wajah yang ahh
memalukan, harus ditaruh dimana wajahku ini?” gerutuku dalam hati
“hey, punya mulut tidak, kau ini siapa?” tanya pria
itu sekali lagi.
Aku masih memandangi wajahnya tanpa menghiraukan
pertanyaannya, aku sangat yakin jikalau aku pernah bertemu dengan pria ini,
tapi dimana?
“gagu ya?” tanyanya lagi
Aku terperanjat, berani-beraninya dia mengataiku
gagu, memangnya dia siapa? Aku tidak bisa diam saja “heh bisa di jaga nggak sih
omongannya, gak sopan” jawabku sambil memalingkan wajahku darinya.
“ohh ternyata bisa bicara juga, kukira gagu”
lanjutnya
Hhh dasar pria sombong, mentang-mentang permainan
pianonya bagus jadi besar kepala dia. Ahh sudahlah, tidak penting berurusan
dengan pria sombong seperti itu, mending aku balik saja ke kelas musikku,
sepertinya sudah banyak yang datang.
Aku berbalik menghadap pintu dan siap-siap berjalan
keluar dari ruang kelas praktek ini.
“hey mau kemana kamu? Urusan kita belum selesai”
serunya
“hah? Urusan apa ya? Seingatku kita tidak punya
urusan apapun” jawabku tanpa berbalik memandangnya
“kau belum menjawab pertanyaanku yang tadi”
sambungnya
“emm pertanyaan apa yah? Aku tidak ingat tuh”
jawabku
“kau siapa?” singkatnya
“ohh yang itu, emm penting banget memangnya?”
“ya penting sekali, karna aku tidak ingin kau
membocorkan rahasia permainan pianoku ini kepada siapapun” jawabnya
Aku terdiam beberapa detik.
“hah itu rahasia? Memangnya untuk apa dirahasiakan?
permainan pianomu itu bagus sekali loh” ups keceplosan, duh gimana ini? Kalau
dia berfikiran yang macam-macam bagaimana? Aku harus beralasan apa? “emm
maksdudku permainan pianomu itu lumayan bagus buat pemula sepertimu” sambungku
“sudahlah, jujur saja kalau permainan pianoku ini
bagus, memang aku sudah menyadari itu” lanjutnya
“ya ya ya, memang untuk apa kau merahasiakannya?”
tanyaku sambil membalikkan tubuhku dan memandangnya
“emm penting banget memangnya?” serunya
“hhh kau meng-copy kata-kataku, tidak kreativ nih,
lalu untuk apa kau merahasiakannya?” lanjutku
Aku penasaran, untuk apa dia merahasiakan hal itu
kepada siapapun, bukannya seharusnya itu hal yang patut dibanggakan?
“haha, ya pokoknya itu rahasia, kau tidak boleh
membocorkannya kepada siapapun” jawabnya
“lalu kalau aku rahasiakan itu, kau akan
memberikanku apa?” tawarku
“hah? Pamrih sekali kau ini” kagetnya
“haha habisnya sayang sekali kalau kemahiran bermain
pianomu itu harus dirahasiakan”
“oke aku akan mengajarkanmu bermain piano jika kau
mau berjanji bahwa kau tidak akan membocorkan rahasiaku ini”
“mengajariku? Sok pintar sekali kau, umur kita
paling tidak hanya beda satu atau dua tahun lalu kau dengan sombongnya ingin
mengajariku? Memangnya kau tidak tahu? aku ini sering memenangi lomba bermain
piano” tuturku
Tapi memang kuakui sih dia jauh lebih hebat dariku,
tapi apa iya aku harus menerima tawarannya?
“hem yasudah kalau kau tidak mau kau tidak boleh
keluar dari tempat ini” jawabnya sambil berjalan ke arah pintu dan menutupnya
“oh jadi kau mengancam?” Aku tidak takut jawabku,
“sialan dia berani sekali mengancamku” bentakku dalam hati
“wah wah wah berani sekali wanita ini, lalu kalau
aku menjadi pacarmu bagaimana?”
“lalu kalau kau
menjadi pacarku bagaiman?” ucapnya
Deg, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, ada apa
ini? Tidak biasanya aku seperti ini, astaga wajahku pasti memerah saat ini dan
kenapa suaraku tidak bisa keluar?.
Aku membalikkan tubuhku membelakanginya dan Aku mulai
menarik napas panjang lalu membuangnya, aku lakukan itu berulang kali sampai
aku merasa tenang dan bisa mengeluarkan suara lagi.
Aku membalikkan tubuhku “a--apa? Me--menjadi pacarmu?
Membayangkannya saja aku tidak pernah” jawabku terbata-bata sambil membenarkan
rambutku yang terurai.
Dia kembali ke tempat duduknya yang berada di depan piano
“lalu maumu apa?” tanyanya sambil duduk kembali
Aku berfikir sejenak sambil mendekatinya “emm bagaimana
kalau kau mengajariku memainkan piano” aku terdiam sejenak “sampai aku
terkenal” jawabku sambil duduk disebelahnya.
Jantungku masih berdegup kencang tapi tak sekencang
degupanku tadi , tapi aku yakin dia tidak akan mendengar degupan jantungku ini
walau kita duduk bersebelahan.
“sampai kau terkenal? Memangnya kau Pikir aku tidak ada
pekerjaan lain?” lanjutnya
“yasudah kalau kau tidak mau, aku juga tidak memaksa dan
soal rahasiamu emm sepertinya aku tidak yakin kalau rahasiamu akan aman”
jawabku sambil bangkit dari tempat duduk.
“eh tunggu” panggilnya
Aku tersenyum kecut sambil berteriak dalam hati ‘yes kau kalah haha memangnya bisa dengan
mudahnya mempermainkan seorang Gita? Aku berani bertaruh bahwa kau akan
menerima tawaranku itu’ sedetik kemudian aku menoleh kearahnya “ya, apa?”
tanyaku
“oke-oke aku kalah” jawabnya sambil mengangkat tangan,
Aku tersenyum penuh kemenangan “lalu?” tanyaku lagi
“aku akan mengajarimu bermain piano” jawabnya dengan nada
tinggi
“sampai aku terkenal?” sambungku
“ya, sampai kau terkenal, puas?” tanyanya
“sangat puas haha” aku tertawa sambil berjalan ke arahnya
lagi “jadi.. kita deal?” tanyaku sambil menjulurkan tangan
“deal” serunya sambil menjabat tanganku.
Seperti ada aliran listrik 700 knolt yang menjalar dari
tangannya ke tanganku.
Kita terdiam sejenak dan mulai saling melepaskan genggaman
tangan “oke aku kembali ke kelas musikku dulu, sepertinya sudah dimulai dan aku
pasti terlambat” aku berjalan mendekati pintu keluar “dan kalau sampai
terlambat, itu semua gara-gara kau” aku menoleh sedikit ke arahnya dan mulai
berjalan kembali.
“tunggu” sergahnya “Bukankah kita belum berkenalan? Namaku
Rio, kalau kamu?” tanyanya.
Aku berhenti “aku Gita” jawabku tanpa membalikkan tubuhku
dan aku mulai berjalan lagi.
“oke Gita senang bisa berkenalan denganmu” teriaknya.
Teriakkannya masih terdengar di telingaku walaupun aku sudah
berjalan dengan cepat sekali tadi dan entah kenapa jantungku berdegup kencang
seperti saat itu. Aku menarik napas lalu membuangnya untuk menghilangkan
degupan jantungku yang semakin keras ini.
Aku mulai memikirkan hal lain. “Rio, rio? Sepertinya aku
tidak asing dengan nama itu, tapi memangnya yang bernama Rio hanya dia? Tapi
sepertinya aku memang pernah bertemu dengannya, hanya saja aku belum ingat itu”
pikirku dalam hati sambil memasukki ruangan kelas yang seperti dugaanku,
pelajarannya sudah dimulai .
******
Aku menghempaskan tubuhku ke tempat tidurku, “astaga hari
ini melelahkan sekali, ditambah dengan bertemu pria itu, aku masih tidak habis
pikir masih ada orang yang se-pede itu, memangnya dia pikir aku akan segampang
itu menerimanya? Hah sombong sekali dia”.
“astaga kenapa aku masih memikirkan orang itu?” pikirku
dalam hati “lupakan-lupakan kejadian itu, mungkin dia hanya bercanda, lagipula
semuanya sudah selesai kan? Tapi.. tapi kenapa jantungku berdebar kencang saat
dia mengucapkan kalimat itu?”.
Aku bangkit dari tempat tidur dan mulai mondar-mandir di
kamarku “tidak-tidak ini bukan apa-apa, mana mungkin aku bisa menyukai pria
sombong itu hanya dalam hitungan menit saja” ocehku.
“tenang Gita tenang, kamu tidak mungkin menyukainya” ucapku
kepada diriku sendiri sambil menarik napas panjang “oke lupakan kejadian tadi,
lupakan”.
****
Dua bulan kemudian.
Aku sudah berjanji dengan Rio bahwa kita akan bertemu di
ruang praktik music hari ini, seperti biasa setiap hari sabtu aku selalu
belajar memainkan piano di ruang praktik music dengan Rio. Aku sudah sangat
dekat dengannya bagaikan kakak dan adik. Saat pertama kita bertemu aku mengira
dia adalah sosok pria yang tidak menyenangkan dan ternyata aku salah dia adalah
sosok pria yang sangat menyenangkan, juga sosok kakak yang baik.
Aku merasa akupun sudah mulai jatuh cinta dengannya, tapi
perasaanku ini tidak mungkin terbalaskan olehnya, karna menurutku dia hanya
mengganggapku sebagai seorang adik bukan sebagai seorang wanita.
Besok adalah hari pementasanku, aku akan mengikuti lomba
piano seJABODETABEK, maka dari itu hari ini aku harus belajar dengan giat
dengannya.
Aku mulai memasuki ruang praktik music tapi belum ada Rio
disana “mungkin dia telat” pikirku.
Belum sempat aku duduk di kursi depan piano dia sudah datang
dengan langkah tergesa-gesa dan napas yang ngos-ngosan “maaf aku telat” serunya
sambil bersandar di depan pintu.
“tidak apa-apa kok, aku juga baru datang, kau kenapa
ngos-ngosan? Seperti dikejar anjing saja” kataku.
Dia berjalan ke arahku “aku takut kamu marah kalau aku telat
nanti, besok kan hari pementasanmu”.
“ohh karna itu, tidak lah, aku tidak akan marah, lagipula
selama ini yang paling sering telat kan aku” seruku.
“iyasih, yaudah yukk kita mulai”.
****
Keesokan harinya.
Pagi-pagi sekali aku sudah berada di tempat pementasanku,
aku sangat excited dengan hari ini, ini adalah pementasan pertamaku setelah
belajar sekian lama dengan Rio, aku sadar aku sudah banyak berubah setelah
belajar dengannya, permainan Pianoku juga semakin bagus, aku yakin aku bisa
memenangi perlombaan ini.
“hey sudah siap?” sapa Rio membuyarkan lamunanku.
“hem yeah, tapi masih agak deg-degan” jawabku.
“tidak usah takut, aku akan selalu ada disini mendukungmu”
lanjutnya sambil mengacak-acak rambutku.
“aduh rambutku” teriakku “kau tahu? Aku sudah berdandan
untuk acara ini dari satu jam yang lalu, dan sekarang kau malah merusaknya”
rengekku.
“maaf deh maaf, sini-sini aku benerin” serunya sambil menata
lagi rambutku.
“Rio bagaimana ini, aku masih takut” seruku.
“pede saja, aku yakin kamu pasti bisa, kau kan kemarin sudah
belajar dengan baik, dan kurasa permainan pianomu itu sudah sangat bagus,
semangat Gita” tuturnya sambil menggenggam tanganku.
“aaa terima kasih yaa Rio, aku bukan apa-apa tampa kamu”
seruku sambil memeluk Rio.
Acarapun sudah dimulai, aku menunggu di bangku penonton
sampai namaku dipanggil nanti. Aku
memperhatikan para peserta lomba, mereka sangat terlihat bagus lalu apakah aku
bisa melebihi mereka? Aku masih belum yakin dengan kemampuanku ini dibandingkan
dengan mereka yang sudah tampil.
Akhirnya namakupun terpanggil, aku langsung naik ke atas
panggung. Aku melirik ke arah Rio yang sedang meneriakki namaku dari bangku
penonton, akupun tersenyum padanya dan mulai memainkan Piano.
“kau adalah sumber inspirasiku Rio” bisikku dalam hati.
***
Semua peserta sudah mengapresiasikan permainan Pianonya.
Sekarang adalah waktunya untuk mengumumkan pemenang dari Lomba tersebut.
Aku sangat deg-degan saat itu, tidak lupa aku berdoa kepada
tuhan agar aku dijadikan pemenang dalam perlombaan kali ini.
Tiba-tiba Rio mengenggam tanganku, aku menoleh kearahnya
“jangan takut, kamu pasti menang” serunya sambil menyunggingkan senyum khasnya.
Akupun ikut tersenyum “makasih Rio”.
Tiba-tiba saja namaku dipanggil dan semua orang bertepuk
tangan sambil melihat ke arahku. “Ada
apa? Kenapa namaku dipanggil?” Tanyaku pada Rio.
“kau menang Gita, kau menang juara 1” teriak Rio.
“serius? Ya tuhan terima kasih” akupun langsung naik ke
panggung untuk menerima piala dan hadiah dari dewan juri.
“apakah ada kesan atau pesan yang ingin kau sampaikan kepada
penonton di studio ini nona Gita” seru pembawa acara.
“ohh yaa, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Tuhan
YMH yang sudah memberikanku kesempatan untuk memenangkan perlombaan ini, terima
kasih juga kepada orang tua dan teman-temanku yang sudah mensupportku dan
terima kasih banyak kepada Rio yang sudah mengajarkanku dan menjadi sumber
inspirasiku selama ini, aku cinta kalian semua. Thank you” tuturku sambil
menuruni panggung.
Aku berjalan mendekati Rio yang berada di bangku penonton
“aaa Rio aku seneng banget” seruku sambil memeluknya dan diapun membalas
pelukanku untuk pertama kalinya.
“aku ikut senang, sebagai hadiah dari kemenanganmu bagaimana
kalau nanti malam kita dinner? Aku yang bayar” desis Rio.
“serius? Oke” jawabku mantap.
****
Tepat jam 7 lewat 15 menit Rio sudah sampai di depan rumahku
untuk menjemputku. Akupun keluar rumah untuk menemuinya “tumben ngejemput?”
tanyaku.
“tidak boleh? Yasudah aku pulang lagi”.
“ett” cegatku “begitu saja marah, yasudah aku izin ke orang
tuaku dulu yaa” lanjutku.
“okee” jawabnya
2 menit kemudian aku sudah keluar rumah dan berjalan ke arah
Rio “yukk berangkat, memangnya kita akan dinner dimana?” tanyaku
“ada deh” jawabnya singkat.
Satu jam kemudian kita sampai di tempat tujuan. Ternyata Rio
mengajakku ke kafe yang ada banyak sekali alat musiknya, aku sangat senang.
Rio mengajakku untuk memainkan Piano di kafe ini,
akupun menurut saja lagipula kapan lagi aku bisa seperti ini. Riopun duduk
disebelahku menemaniku bermain Piano.
“aku mencintaimu” bisik Rio di telingaku.
Jantungku langsung berdegup kencang, aku sangat
terkejut, jari-jariku yang sedang memetik pianopun langsung berhenti seketika.
Aku menoleh ke arahnya.
Dia tersenyum memandangku, “ aku mencintaimu” bisik
dia untuk kedua kalinya.
Aku tersenyum sambil memeluknya “ iya aku juga
mencintai kamu Rio”
Tiba-tiba aku mengingat suatu hal, ternyata kejadian
ini adalah mimpiku dihari pertama saat aku bertemu dengan Rio, iya aku ingat,
ternyata wanita itu adalah aku dan pria tampan itu adalah Rio. Oh tuhan.
THE
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca tulisan saya, :D
saya sangat menerima kritik dan saran dari anda. Terima kasih :)