Senin, 08 Oktober 2012

Kenangan Masa Silam

                                    KENANGAN   MASA   SILAM

 

Waktu pada hari itu menunjukkan pukul sebelas malam pada tanggal 14 Juny, ketika aku sedang menikmati nikmatnya heroin di kamar hotel nomor 25 bersama teman-teman pecandu heroin lainnya. Malam itu cuaca sangat gelap dan dingin di daerah Kemang,wilayah yang terletak di Pusat Jakarta.

Kamar ini agak pengap, ketika kami berlima berada di dalamnya, hanya ada satu kamar tidur dan satu lemari kayu yang sudah agak rapuh, dinding yang berwarna kuning kelabu membuat cahaya menjadi agak remang-remang. Aku, Risa, Priscila, Robi, dan Andi sedang berpesta heroin, kami menikmati heroin dan bercanda gurau sambil membagikan kisah masing-masing, kegiatan ini kami lakukan setiap minggu, ya kami adalah pecandu heroin.

Aku mengenal heroin pertama kali dari temanku Risa, dia bukan teman dekatku tapi saat aku benar-benar terpuruk dia selalu ada di dekatku. Risa yang pada malam itu juga berada bersamaku terlihat sangat pucat, ya dia sedang terlibat banyak masalah pertama ayahnya terbukti menjadi tersangka korupsi dan diperkirakan hartanya juga akan disita, aku sangat merasa kasian padanya, Risa yang bertubuh kecil mungil dan lembut terlihat sangat gelisah, tubuhnya bertambah kurus, tangannya tidak berhenti bergetar sambil menghisap serbuk-serbuk heroin.

Aku berada dalam dunia yang berbeda ketika aku menghisap heroin. Suatu tempat, dimana aku berpikir, dilarang untuk orang-orang biasa dan tidak membawanya rasa sakit. Kemudian kembali, aku membayangkan heroin membawa kembali perasaan hangat akan kenangan manis masa kecil.

Sudah 4 tahun aku memakai heroin sejak aku berada di kelas 2 SMP, saat itu umurku masih 12 tahun, dengan umur sekecil itu aku sudah dilimpahkan berbagai masalah yang membuatku sangat terpuruk dan mengambil langkah untuk mencoba berbagai obat terlarang, sampailah kepada heroin yang membuatku sangat tergila-gila, aku pernah sempat mencoba extasi, ganja dan sabu-sabu, tapi, aku tidak sampai tergila-gila seperti menghisap heroin.

Pernah aku mencoba untuk berhenti, tapi aku tidak bisa, itu terasa sangat menyakitkan, hidupku secara pasti berputar di sekeliling heroin, aku selalu mencari heroin disaat aku mencoba untuk berhenti, dan aku berfikir untuk mengambil lagi.

Malam itu saat aku sedang menghisap heroin tiba-tiba datang beberapa polisi, aku tersergap, aku ketakutan, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, heroin yang sedang ku pegang dengan spontan terlempar dari tanganku, semuanya terasa gelap aku kehilangan keseimbangan, keringat mengalir deras di sekujur tubuhku, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku berada di dalam jeruji besi, aku merasa seperti seekor binatang di balik jeruji, wajahku tampak acak-acakkan setiap siang dan malam. Aku tidak dapat menyembunyikannya atau menutupi hal yang tabu itu, tanpa seorangpun  tahu.

Esok paginya ibuku datang sambil menangis, hal yang sangat jarang sekali terjadi, “kenapa dia tiba-tiba datang, untuk pertama kalinya dalam 4 tahun terakhir? Kenapa saat aku sedang seperti ini” tanyaku dalam hati.

Tubuhnya bertambah kurus sejak pertemuan terakhirku dulu, wajahnya tidak seindah dulu. Sekarang Dia sedang terduduk sambil memandang lantai yang tertutup debu.

“halo sayang, sudah lama yah tidak bertemu” sapanya                      

Aku hanya tersenyum kecut padanya

“kenapa kamu bisa terjebak pada heroin? jawab mama sayang” tanyanya padaku

Aku terdiam sambil memandangnya dengan sinis “itu semua karna ibu dan ayah yang membuatku seperti ini” aku meneteskan air mata. “kenapa ibu bercerai dengan ayah? Apa kalian tidak mempedulikan aku? Apa kalian tidak memikirkan perasaanku? Saat itu aku masih kecil, aku belum bisa menerima perceraian kalian, aku sangat terpukul, aku terpuruk, saat itu aku tidak mempunyai banyak teman, aku tidak bisa berbagi cerita pada siapapun, APA   KALIAN MEMIKIRKAN   KEADAANKU?”

Keduanya terdiam, ibuku masih menangis, aku tertunduk diam sambil melirik sedikit kearah ibuku. Dia mulai mengangkat kepalanya memandang lembut kearahku, dia mengambil kedua tanganku yang sejak tadi berada di atas meja.

“sayang, maafkan ibu, ibu bukan bermaksud seperti itu, ibu sayang padamu hanya saja ibu sudah tidak kuat dengan perlakuan ayahmu yang seenaknya saja pada ibu, ibu selalu menghawatirkan mu se..”

“BOHONG” potongku, “kalau ibu khawatir sama aku, kenapa ibu nggak pernah sekalipun menjenguk aku? Aku kesepian bu di rumah itu, ayah selalu pulang setahun sekali, tidak ada yang memperhatikan aku, dan sekarang ibu bertanya kenapa aku jadi seperti ini ?, itu semua karna ibu dan ayah”  untuk kedua kalinya aku meneteskan air mata dan aku melepaskan pegangan tangannya sambil berlari meninggalkan dia yang sedang terduduk di kursi tua itu.

Kehidupan di dalam penjara sangat tidak menyenangkan setiap waktu hanya dipekerjakan dengan paksa oleh para sipil penjara, makanan semuanya tidak ada yang pas dengan lidahku, aku serasa berada di dalam neraka, belum lagi dari para tahanan yang sering menyiksaku siang malam.

Ibuku datang seminggu sekali, selama di penjara ayahku hanya 3 kali menjengukku, sebetulnya aku sangat menginginkan kehadiran mereka, karna disini di tempat ini aku sangat kesepian, aku sangat tersiksa. Tetapi setiap aku bertemu mereka, aku selalu ingin marah, tapi lama-kelamaan seiring berjalannya waktu, setelah aku terbiasa, aku mencoba tersenyum setiap mereka datang menjengukku.

Suatu hari tiba-tiba aku di panggil oleh kepala penjara, dia bilang aku akan dipindahkan ke Pusat Rehabilitasi, yah aku cukup senang karna aku sudah tidak akan tinggal di penjara yang amat sangat menyeramkan ini. Tapi kesenangan itu hanya sesaat, di pusat rehabilitasi tetap sama seperti di penjara, tapi sejak disana aku mempunyai beberapa pengalaman yang luar biasa.

3 tahun kemudian aku keluar dari pusat rehabilitasi dan menghirup udara segar yang beberapa tahun ini tidak pernah kudapatkan, aku tidak akan menyia-nyiakan hidupku lagi seperti dulu, aku akan berhenti menghisap heroin lagi, aku ingin menjadi seseorang yang lebih baik dari sebelumnya.

Setiap seminggu sekali ibuku selalu datang ke rumah dan ayah sekarang tidak pernah keluar negri lagi, masuk penjara yang waktu itu adalah keberuntungan bagiku, selain aku terbebas dari heroin aku juga bisa berkumpul dengan keluargaku lagi.

Bagaimana dengan teman pecandu heroin yang lainnya? Semoga mereka bahagia seperti aku sekarang ini, dan kepada Risa semoga kamu diberi ketabahan menjalani hidup ini.

“Dan sekarang adalah akhir dari yang buruk dan permulaan dari yang baik”.

“ke nangan yang terakhir pastilah merupakan yang paling indah yang kau miliki”

 

                                                                                   

CREATED BY RANI AMANDA

2 komentar:

  1. Kisah nyata nih. Pengen denger yang lainnya dong. Pake metadon ga? Saya sedang diberhentikan pakemetadon. Namaku onan. 089637571045.

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu hanya cerita karangan saya, tapi terinspirasi dari teman saya. saya tidak pernah pakai metadon, okee onan salam kenal :)

      Hapus

Terima kasih sudah membaca tulisan saya, :D
saya sangat menerima kritik dan saran dari anda. Terima kasih :)